Ramadhan di Mesir, Kaum Ibu pun Bermain Genderang Bangunkan Sahur
Di antara kaum ibu menunjukkan kepeduliannya dalam membangunkan orang untuk makan sahur. Demikian suasana Ramadhan di Mesir, yang melegendakan Ummi Kultsum sebagai penyair dari negeri lembah Sungan Nil ini.
Seolah berusaha menunjukkan peran serta -- sebagaimana Nawael Sadawi, sastrawan yang aktivis feminisme Mesir -- seorang ibu keluar rumah sendirian pada tengah malam. Bukan untuk bekerja, melainkan demi membangunkan orang sahur.
Yang menarik, ibu yang satu ini menabuh gendangnya, memanggil-manggil warga agar bangun untuk sahur selama Ramadhan ini. Dialah Hajah Dalal Abdelqader, warga kota Kairo, menjalani aktivitas selama bulan Puasa ini, selama hampir satu dekade ini.
Hajah Dalal Abdelqader memang seolah menemukan bakatnya setelah ia mulai memainkan gendang lama milik saudara lelakinya. Ia kemudian keluar rumah untuk membangunkan orang setiap hari untuk sahur selama bulan Ramadhan.
Banyak juga warga dan anak-anak berkerumun di sekitarnya sewaktu ia membunyikan gendangnya. Ia membangunkan warga dengan menyebut namanya satu demi satu.
Kadang-kadang ia dibantu anak-anak atau warga yang memberitahu nama-nama yang perlu ia panggil-panggil untuk dibangunkan.
"Pekerjaan ini saya ambil alih dari saudara lelaki saya, semoga ia tenang di alam baka, karena saya terbiasa pergi keluar bersamanya dan mengamati apa yang ia lakukan, dan bagaimana masyarakat mencintainya dan akan menunggunya setiap tahun," katanya.
"Saya menyukai pekerjaan ini karena saudara saya itu dan pada tahun ketika ia meninggal dunia, tidak ada mesaharati, kami semua menunggu-nunggu seseorang melalui jalan-jalan untuk membangunkan kami. Tetapi tidak ada yang datang," tambah Hajah Dalal Abdelqader, dilansir Voice of America.
Penabuh gendang disebut Mesaharati. Merupakan tradisi puluhan tahun yang bertahan melewati ujian waktu, meskipun telah ada berbagai kemajuan dalam bidang teknologi.
Banyak di antara warga di dunia Muslim yang masih melakukan praktik ini. Sebagian menggunakan alat musik, yang lainnya dengan mengenakan baju tradisional. Tetapi pesan mereka tetap sama, “bangun dan sahurlah.”
"Ia meninggal dunia pada tahun 2011 dan saya mulai melakukan ini pada tahun 2012. Saya temukan bakat saya waktu saya mengambil gendangnya, membunyikannya secara berirama sambil melewati jalan-jalan, menyanyi.'
"Saya mendapati bahwa para tetangga yang kenal saya dan kenal saudara saya mendukung. ‘Bagus, bunda Atef’ kata mereka dan “lanjutkan, kamu mengingatkan kami akan saudaramu Haji Ahmed.”
Didorong atas meninggalnya saudara lelaki yang telah menjadi mesaharati selama hampir 25 tahun, Dalal ingin mengikuti jejaknya dan berbuat kebajikan yang pernah dilakukan sang kakak terhadap masyarakat selama hidupnya. Sudah hampir sepuluh tahun Dalal menjalankan kegiatan ini, yang dipermudah karena mendapat dukungan dari keluarganya.
"Kami telah mengenalnya selama lima tahun terakhir sejak ia mulai datang ke sini. Ia perempuan baik, kami menunggunya lewat dan tidak bangun sebelum mendengar suaranya yang merdu," kata salah seorang warga di kawasan permukimannya, Mohamed Abu Sereea.
Dalal terus berkeliling membangunkan warga hingga waktu sahur tiba. Sahur tahun ini di Kairo dimulai sekitar pukul 04.00. Sesosok perempuan yang seolah menunjukkan peran sertanya di tengah dominasi lelaki, sebagai partisipasi untuk membangunkan mereka yang hendak beribadah di bulan suci.
Advertisement