Ramadan, Harga Makanan di Timur Tengah Naik akibat Invasi Rusia
Ramadan tiba. Sebagian besar negara di kawasan Timur Tengah mulai berpuasa meski tanggal 1 Ramadan tak jatuh di hari yang sama. Namun, banyak negara mengalami kondisi serupa. Harga bahan makanan naik akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Harga Makanan Naik
Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan jutaan orang di Timur Tengah semakin kesulitan mendapatkan makanan. Masalah baru hadir di tengah masalah lama yang dialami pengungsi akibat konflik di Lebanon, Irak, Suriah, Sudan hingga Yaman.
Ukraina dan Rusia disebut sebagai penyumbang gandum terbesar ke-3 di dunia. Kawasan Timur Tengah menggantungkan suplai gandum dari dua negara itu. Bahan baku untuk membuat roti dan mi subsidi sumber makanan jutaan penduduk.
Rusia dan Ukraina juga menjadi salah satu eksportir terbesar minyak biji bunga matahari yang digunakan untuk memasak. Mesir menjadi importir gandum terbesar Rusia dan Ukraina.
Perang antara Rusia dan Ukraina membuat penduduk di Kairo tidak berbelanja sebanyak Ramadan di tahun lalu, lantaran harga yang melonjak naik.
Guna membantu kesulitan warga, penduduk di Kairo pada umumnya memasak lebih banyak saat Ramadan. Mereka lantas menyajikan makanan di atas meja di tepi jalan, yang disiapkan menjelang Maghrib. Makanan itu ditujukan sebagai menu buka puasa bagi penduduk miskin.
"Mungkin ini bisa menjadi penolong. Orang-orang lelah dengan harga yang terus naik," kata takmir masjid di Giza, Rabei Hassan, dikutip dari Al Jazeera, Senin 4 April 2022.
Harga Naik di Lebanon hingga Palestina
Naiknya harga makanan akibat konflik Rusia dan Ukraina juga menambah kesulitan yang dialami penduduk Lebanon saat Ramadan. Dua tahun terakhir penduduk kelas menengah ke bawah jatuh menjadi miskin akibat kolapsnya mata uang mereka. Kelangkaan listrik, gas, hingga obat-obatan mewarnai Ramadan di Lebanon.
Sedangkan pasar di Jalur Gaza tak tampak ramai seperti Ramadan lalu. Pedagang menyebut perang Rusia dan Ukraina menyebabkan harga melonjak tajam.
Hal serupa juga terjadi di Irak. Di awal Ramadan, warga setempat frustrasi akibat harga makanan yang melonjak tajam. "Kami warga Irak banyak bergantung pada minyak goreng dan tepung untuk membuat makanan. Dengan harga naik, bagaimana kami bisa bertahan menghidupi lima anggota keluarga saat Ramadan," kata Suhaila Assam, seorang warga Irak.