Pengamat Ingatkan Gunakan Kampanye yang Beradab
Tim kampanye masing-masing kubu pasangan calon presiden sudah saatnya untuk mengevaluasi kinerja anggota tim kampanyenya masing-masing. Jangan sampai, gara-gara cara kampanye yang negatif membuat kontraproduktif terhadap pemenangan calon presiden.
Hal itu diungkapkan oleh pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, menanggapi tokoh politik yang loncat pagar ke kubu pasangan lawan. Ia membandingkan antara pribadi La Nyalla Matalitti dengan Zainul Majdi yang punya nama lain, Tuan Guru Bajang (TGB). Mereka dulu sesama pendukung Prabowo, yang kemudian sekarang hengkang mendukung Jokowi.
La Nyalla langsung menyerang Prabowo dengan membawa bawa isu agama. Ingin menguji kafasihan Probowo menjadi imam sholat. Faktanya serangan La Nyalla itu tidak memberikan nilai tambah buat Jokowi, bahkan membuat pendukung Jokowi gerah. La Nyalla akhirnya ditinggal begitu saja. Sebab kalau dipelihara dan diberi ruang bisa merugikan Jokowi.
Berbeda dengan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat, TGB. Meskipun dia meninggalkan Demokrat dan berlabuh di Partai Golkar, dia tidak mengumbar emosi untuk menyerang Prabowo, meskipun pernah dalam satu barisan.
"Masyarakat tentu memberi penilain yang berbeda atas TGB, dibanding politisi yang menyerang balik bekas pemimpinnya, karena sekedar mencari selamat ," kata Siti Zuhro.
Siti Zuhro memandang, yang terjadi selama ini dua kubu saling olok. Kalau ada yang kepleset ngomong langsung dibully, digoreng sampai gosong. Tanpa ada klarifikasi kata Zuhro.
"Perilaku politik seperti ini tidak mendidik. Bisa membuat rakyat apatis," katanya.
Tim kampanye Jokowi dan Prabowo, sekarang harus mulai bicara program lima tahun ke depan kalau terpilih. Jangan jangan saling caci dan debat kusir yang tidak ada ujungnya.
"Harus diingat kita ini menghadapi Pilpres, untuk memilih negarawan sejak bukan memilih pemimpin yang buram," kata Siti Zuhro, (asm)
Advertisement