Rakyat Bergerak Protes Terbesar di Havana, Kuba-AS Saling Tuding
Di tengah aksi protes, yang luas di ibukota Havana, Presiden Miguel Diaz-Canel turun ke jalan dan terlihat membaur bersama warga. Miguel secara lantang menyebut protes yang terjadi, turut disebabkan karena Amerika Serikat.
Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel Miguel mengatakan, Amerika Serikat seharusnya mencabut berbagai sanksi yang dijatuhkan kepada Kuba, untuk tercapai perekonomian yang lebih baik di negara yang dipimpinnya itu.
“Jika Anda menginginkan rakyat Kuba lebih baik, cabutlah halangan (sanksi) yang ada terlebih dahulu,” ujar Presiden Miguel, Selasa 13 Juli 2021.
Miguel juga menolak disebut sebagai pemimpin dari pemerintahan yang brutal dan diktator. Di Negeri yang pernah dipimpin diktator Fidel Castro ini, aksi protes besar-besaran yang dilakukan rakyat Kuba di Ibu Kota Havana, Minggu 11 Juli 2021.
Itulah yang pada akhirnya berbuntut pada tudingan Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel atas keterlibatan Amerika Serikat.
Protes Komunis Kuba
“Anda tidak bisa mengatakan kepada saya bahwa ini dikarenakan pemerintahan yang tidak efisien, pemerintahan yang brutal atau kediktatoran. Apa yang Anda maksud dengan “kediktatoran” di Kuba?. Apakah sebuah kediktatoran yang membuat kehidupan semua orang sedikit lebih baik?. Sebuah kediktatoran yang bekerja untuk semua orang? Apakah itu sebuah kediktatoran?,” tegas Miguel.
Protes yang dilakukan terhadap pemerintahan komunis di Kuba itu, disebabkan adanya krisis tenaga listrik, kekurangan makanan serta pandemi COVID-19.
Gedung Putih Bersikap
Dalam pengarahan pers yang digelar awal pekan ini, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki menyebutkan, bagi pemerintah Amerika Serikat protes rakyat Kuba pada hari Minggu, merupakan suatu ekpresi terhadap pemerintahan yang salah urus terhadap sektor ekonomi dan represi dari pemerintah setempat.
“Ada indikasi bahwa protes kemarin spontan, ekspresi rakyat yang lelah terhadap salah urus perekonomian dan represi pemerintah Kuba. dan itu adalah protes yang diilhami oleh kenyataan pahit kehidupan sehari-hari di Kuba, Bukan orang-orang di negara lain. Saya mengatakan itu karena saya pikir ada berbagai tuduhan di luar sana seperti yang Anda ketahui,” ungkap Psaki, Selasa 13 Juli 2021.
Joe Biden Bersuara
Presiden Joe Biden menyebut protes rakyat Kuba merupakan suatu hal yang “luar biasa”, dimana rakyat menuntut kebebasan dari rezim otoriter.
“Saya ingin memulai dengan mengakui pengunjuk rasa “luar biasa” yang terjadi di Kuba. Rakyat Kuba menuntut kebebasan mereka dari rezim otoriter. Saya tidak berpikir kita telah melihat protes seperti ini dalam waktu yang lama,” ujar Biden.
Namun, Biden juga mendesak agar pemerintahan yang dipimpin Miguel Diaz-Canel untuk menahan diri dengan tidak melakukan tindak kekerasan.
“Amerika Serikat berdiri teguh dengan orang-orang di Kuba. Ada hak universal tertentu dan kami menyerukan kepada pemerintah Kuba untuk menahan diri dari kekerasan, upaya mereka untuk membungkam suara rakyat Kuba,” ucap Biden.
Aksi Protes Terbesar di Havana
Protes yang dilakukan di jalan-jalan utama Ibu Kota Havana, Minggu 11 Juli 2021 disebut terbesar jika dibandingkan pada protes di tahun 1990-an.
Seorang pengunjuk rasa Geovanis Gonzalez mengatakan, pemerintah membuat rakyat kelaparan dan tidak memiliki apa pun, sehingga memaksa mereka menuntut melalui aksi protes.
“Kami di sini karena adanya represi terhadap rakyat. Mereka membuat kami kelaparan sampai meninggal. Havana sekarang jatuh. Kami tidak memiliki rumah, tidak memiliki apa pun. Tapi, mereka mempunyai uang untuk membangun hotel dan mereka membuat kami kelaparan,” kata Gonzalez.
Abaikan Varian Covid-19
Data pada Minggu 11 Juli 2021 menyebutkan, hampir tujuh ribu kasus COVID-19 terjadi dan 47 orang meninggal dunia di Kuba. Kondisi ini dikatakan dua kali lipat lebih besar dan diperparah dengan adanya varian Delta.
Dilansir BBC, pada 2020 perekonomian Kuba merosot hingga 11 persen, ini merupakan yang terburuk dalam tiga dekade terakhir. Serta, diperparah dengan adanya 200 sanksi baru yang dijatuhkan administrasi Trump.
The Washington Post melaporkan, protes pada akhir pekan menggarisbawahi risiko yang diambil pemerintah Kuba dengan membuka negara berpenduduk 11 juta itu lebih luas kepada internet pada 2019, ketika Kuba memperoleh akses ke layanan telepon seluler 3G yang memudahkan penggunaan media sosial.