Raihlah Ilmu Jalan Menuju Surga, Ini Penjelasan Ulama
Mencari ilmu untuk diamalkan meskipun sedikit yang didapat.
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الْوَاعِظُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَدَ بْنَ عَطَاءٍ الرُّوذَبَارِيَّ، يَقُولُ:
"مَنْ خَرَجَ إِلَى الْعِلْمِ يُرِيدُ الْعِلْمَ، لَمْ يَنفَعْهُ الْعِلْمُ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى الْعِلْمِ يُرِيدُ الْعَمَلَ بِالْعِلْمِ، نَفَعَهُ قَلِيلُ الْعِلْمِ."
"Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu karena hanya menginginkan ilmu, maka ilmu itu tidak akan bermanfaat baginya, dan barang siapa keluar untuk mencari ilmu karena ingin mengamalkan ilmu, maka akan manfaat baginya sedikitnya ilmu."
كتاب : المنتخب من كتاب الزهد والرقائق للامام الخطيب البغدادي ص ٧١
Tausiyah Matsaba
Kemarin acara Matsaba, singkatan Masa Ta'arruf Santri Baru. Di banyak Pesantren. Para pengurus memintaku Taushiyah.
Pertama-tama aku menyampaikan :
فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ﴾
[ التوبة: 122]
"Seyogyanya dalam tiap komunitas ada orang-orang yang berangkat meninggalkan kampungnya untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan etika kemanusiaan. Dan kelak mereka kembali untuk memberikan pengetahuan itu kepada kaumnya, supaya mereka itu bisa mengendalikan emosi dan pikirannya untuk hal-hal yang baik."
Nabi bersabda ;
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة. رواه مسلم
“Barang siapa yang menempuh jalan guna menimba ilmu pengetahuan, niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju ke surga, kebahagiaan. ” (HR. Muslim)
"Pergilah mengembara mencari ilmu. Tinggalkan kampungmu. Kau akan menemukan banyak pengetahuan yang akan menjadi bekal bagi masa depanmu yang panjang".
Lalu aku menyampaikan nasehat Hasan al Bashri, sufi besar: "Kau hanyalah beberapa hari. Bila satu hari pergi, hilang, maka hilang lah sebagian hidupmu, dan bila sebagian harimu hilang, maka boleh jadi seluruh harimu hilang". Masa depanmu adalah hari inimu. Jangan sia-siakan.
Lagi-Lagi Kegelisahan
Usai pertemuan dan dialog dengan para aktivis dan intelektual Singapura, pada 16.07.23 di Fahmina, dalam perjalanan pulang ke rumah aku disergap gelisah.
Aku membaca realitas manusia hari-hari ini di sini. Mereka, mayoritas, tampak cenderung ingin memeroleh pengetahuan atas nama agama dalam bentuk pasti atau doktrinal, bukan dalam bentuk dialektika intelektual. Dengan cara indoktrinatif itu mereka merasa tenang dan senang. Sebaliknya cara dialektika intelektual bisa menciptakan kebingungan dan memusingkan.
Maka para juru dakwah agama paling digemari adalah orang-orang yang ahli berpidato, yang menyampaikan orasi yang meyakinkan publik dengan mengutip kata-kata Tuhan dan Nabi secara tekstual dan dengan narasi yang singkat-singkat semacam narasi quotes. Sementara para juru dakwah intelektual dan rasional, tidak banyak dikunjungi atau didengar publik.
Pembacaan teks keagamaan secara harfiah menurut aku bisa menimbulkan problem serius tentang agama terutama dalam hal interaksi atau relasi sosial. Bahkan bisa menimbulkan kesan kontradiksi-kontradiksi dalam teks-teks agama itu sendiri. Misalnya tentang relasi laki-laki dan perempuan. Setara atau tidak. Atau hak antara Muslim dan non muslim. Setara atau tidak dalam kehidupan bersama di negeri ini. Aku melihat pandangan mereka beragam meski merujuk pada sumber agama yang sama.
Merenungkan realitas tersebut, aku tidak tahu bagaimana masa depan bangsa ini. Ini sekedar permenungan dalam kegelisahan.
Demikian renungan disampaikan KH Husein Muhammad. Semoga bermanfaat. (17.07.23/HM)