Raih Peluang Pasar Global dengan Startegi Digitalisasi
Persaingan global saat ini kian marak, berbagai organisasi bisnis baik dalam bentuk korporasi besar maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kini didorong untuk memanfaatkan teknologi digital guna memperluas pasar.
Hal ini diungkapkan Koordinator Program Internasional Business Management (IBM) Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Wahyudi Wibowo saat memberikan kuliah tamu dengan tema "Digitizing Small Businesses to Seize Global Market", Rabu 19 September 2018.
Ditambahkan Wahyu, UMKM Indonesia saat ini juga perlu mengembangkan pola pikir baru dalam pemanfaatan teknologi informasi dengan menjadikan usahanya digital sekaligus global.
Berdasarkan laporan McKinsey di tahun 2016 melalui digitalisasi Indonesia dapat meningkatkan level pertumbuhan ekonominya pada 2025 hingga 10% dari PDB atau 150 milyar USD per tahun.
"Dalam rangka mengejar kesempatan itulah, pemerintah Indonesia berfokus untuk memperkuat sektor perekonomian digital di negeri ini," katanya.
Menurut Wahyudi juga menejelaskan bagaimana menghadapi berbagai tantangan yang ada, hingga pilihan-pilihan strategis yang tersedia bagi pelaku UMKM di Indonesia.
"Salah satu halangan utama adalah mentalitas dari mayoritas pelaku UMKM Indonesia yang cenderung merasa puas dengan performa mereka di pasar lokal," katanya.
Selanjutnya Wahyudi mengungkapkan masalah kurangnya modal, pelaku UMKM seringkali kurang mengenali lingkungan bisnis dan perbedaan budaya di luar negeri sehingga menjadi sulit bagi mereka untuk bermanuver dan mengeksplorasi target pasar baru.
"Dalam dunia digital, kecepatan adalah segalanya. Artinya UMKM Indonesia harus mengambil kesempatan yang ada untuk memperluas pasar mereka, yang dapat dimulai dengan menyasar negara-negara tetangga di ASEAN.," katanya.
Sementara Dean of SolBridge International School of Business, Jerman Rose memberikan contoh sebuah studi kasus tentang bisnis ikan hias di dunia. Bisnis ikan hias ini berkembang melalui internet.
Kata Rose, Singapura adalah negara pelaku bisnis ikan hias terbesar di dunia. Ironisnya 40% ikan yang jual berasal dari Indonesia. Jadi, banyak pebisnis ikan hias Indonesia menjual ikan mereka ke Singapura hanya untuk dijual lagi ke negara-negara lainnya.
"Kenapa bisa begitu? Ternyata tak banyak eksportir ikan hias Indonesia yang memanfaatkan internet maupun media sosial untuk bisnis mereka," katanya.
Lebih lanjut Rose menekankan bahwa tidak ada hal yang tetap sama selamanya. Oleh sebab itu ia menyarankan agar mahasiswa tidak hanya bergantung pada apa yang dipelajari secara akademik saja.
"Mahasiswa sekarang harus mau keluar dari zona nyaman, mencari pengalaman, terus belajar dan mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan dunia global," ujarnya. (amm/wit)