Raih Kesuksesan dan Kebahagiaan Hidup, Ini Resep Mudah
Tidak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt) dan Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam (Saw) merupakan cara efektif untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup.
"Pada saat merintis dengan keprihatinan luar biasa, suluran ibadah dan doa dijalankan dengan luar biasa. Keyakinan pada pertolongan dan karuniaNya kokoh di hati, karena tiada orang atau hal lain yang bisa dijujuki. Ya hanya Allah Swt...."
Demikian dikatakan Edi Mulyono, seorang penerbit di Jogjakarta, mengungkapkan kiat suksesnya. Pemilik nama pena Edi AH Iyubenu dan menulis sejumlah buku Keislaman ini, menuturkan lebih lanjut:
KaruniaNya pun mulai bergelontoran. Keprihatinan mulai tanggal. Kecemerlangan makin berkilau. Derajatnya pun melesat....
Tetapi, Allah Swt mulai pula ditinggalkan. Keyakinan padaNya mulai samar. Ia lebih meyakini kekuatannya, kuasanya, modalnya, jaringannya, dan tangan ajaibnya sebagai kunci keberhasilannya.
Makin lama makin tenggelamlah dlm pembangan kepadaNya. Bukan hanya ibadah dan doa yang diabaikan, melainkan pula JumenengNya, KuasaNya, KaruniaNya, KemahabesaranNya yang Maha Ajaib. Digantikan oleh dirinya, otoritasnya.
Secara hakikat, ia telah bersyirik padaNya. Dirinya ditegakkan, Allah Swt dijungkalkan. Dzikir gemetarnya di malam buta dulu, La ilaha illaLlah, tiada Tuhan selain Engkau ya Allah, maka tolonglah hambaMu ini, mudahkanlah jalan dan perjuangan hambaMu ini...., musnah digantikan: "Ini berkat kerja kerasku, cara cerdasku, jaringanku, segala kerja hebat tidak pernah mendustai hasil...." Di hatinya, sama sekali hanya ada julangan dirinya, sang penentu sukses kerja keras dan cerdasnya; bukanlah Allah Swt....
Allah pun marah padaNya.
Maka dijadikanNya ia sibuk, sibuk, dan sibuk benar dengan segala kerja, berjuang, kerja, berjuang, hingga urusan akhiratnya tak lagi sempat, longgar, ditumbangkan urusan dunianya. Untuk sekadar menatap langit yang basah dengan desir "Subahanllah...." tak lagi sempat.
Lalu Allah serahkan ia kepada setan untuk menjadi pembimbingnya, gurunya. Maka lahirlah narasi-narasi pembenaran pada dirinya, dengan bekal kecerdasan pikirannya, bahwa segala perjuangan dan kesibukannya ini adalah komitmennya untuk pure profesional, expert. Life is in my hand, time is money, dan pelbagai deretannya....
Narasi-narasi pembenaran itu menjadikannya semakin alpa pada Tuhannya. Tuhan yang dulu sekali diratapinya, dipintanya, disembahnya, tuk memberikan karunia-karuniaNya. Tuhan yang telah dicampakkannya seiring maksiat-maksiat yang menjadi habitusnya kini, dan kesibukan-kesibukan duniawi yang memilinnya siang malam tanpa ujung.....
Suatu pagi, ia bangun, ingat jadwal rapat penting. Ia melaju ke kamar mandi di dalam kamarnya, dibukanya kran. Berkumur. Betapa kagetnya ia merasakan air bening di krannya terasa asin sekali. Sangat asin...
Ia pun beralih ke kamar mandi di belakang. Airnya juga asin. Seasin air laut. Semua air di rumahnya asin benar.
Seseorang telah berkata, "Jika bertambahnya hartamu, kekuatanmu, nama bekenmu menjadikanmu makin jauh dariNya, bermaksiat kepadaNya, tak lagi intim mengingatNya, waspadalah. Biasanya situasi demikian akan akan diiringi dengan pembenaran-pembenaran dirimu sendiri; jika terus kau perturutkan, kau akan semakin tenggelam dlm bimbingan setan...."
Demikian pesan Edi Mulyono, akan keberhasilan usahanya. Selain sukses di dunia penerbitan, ia juga membuka usaha lain, seperti sejumlah kafe dan tempat usaha lainnya.
*) Dipetik dari catatan di akun facebooknya.