Rahasia Vitamin K, Sempat Akrabkan Gus Dur dan Megawati
Humor kita kali ini memang kisah nyata: Anekdot berharga dalam sejarah kecil (la petite histoir) masyarakat Indonesia. Tentang dua orang tokoh yang sama-sama bergerak merambah jalan reformasi di negeri ini: KH Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Keduanya sempat akrab, karena menghadapi "musuh bersama" (common enemy) kezaliman kekuasaan. Pun kemudian kedua tokoh bersimpang jalan karena faktor kekuasaan.
Tapi, ternyata bukan "K" dalam pengertian anekdot ini tentang keakraban Gus Dur dan Megawati. Melainkan ada "Vitamin K" lainnya, yang menjadi salah satu faktor yang membuat Gus Dur dan Mbak Mega bisa akrab (terutama sebelum Reformasi).
Ya, memang ini bukan vitamin biasa yang kita kenal. Tapi K singkatan dari “Kuburan". Artinya kedua tokoh kita ini, memang punya hobi ziarah kubur, termasuk ke maqbarah (makam-makam) para wali, orang tua, serta para sesepuh yang memiliki pengaruh di masyarakat.
"Saya sendiri, sebagai orang yang lahir di lingkungan pesantren, tentu sudah sejak kecil diajari dan dididik untuk menghormati para sesepuh dan auliya yang sudah kapundhut. Toh dalam perkara yang satu ini masih kalah jauh dari Gus Dur dan Mbak Mega, sehingga pingin ikut kalau mereka sedang ziarah berdua. Siapa tahu kalau sering ikut nanti bisa lebih menghayati komunikasi antara kita dengan mereka yang sudah di alam sana sambil mendapat barokah," kata Muhammad Athoillah Shohibul Hikam alias Muhammad AS Hikam.
Dalam Buku "Gus Durku Gus Dur Anda Gus Dur Kita" (Penerbit Yrama Widya, 2013), Muhammad AS Hikam menuliskan kisah anekdot ini. Salah satu tempat yang Gus Dur dan Megawati suka kunjungi adalah Istana Batutulis di Bogor, tempat BK (almarhum) tinggal sampai wafat. Bila sudah di sana, biasanya tengah malam, kedua tokoh sangat khusyuk dan melakukan doa sampai satu atu dua jam.
Muhammad AS Hikam mengaku beberapa kali ikut bersama Haji Sulaiman dan A Ghofar Rachman yang dua-duanya juga termasuk pakar dan penggemar berat vitamin K seperti Gus Dur. Ziarah di Batutulis yang paling dikenang AS Hikam, adalah yang ketiga, "kalau saya tak salah, sekitar tahun 1997 atau 1998. Kenapa saya paling ingat, karena di situlah saya menyadari bahwa peringkat saya masih rendah sekali dalam bidang yang satu ini."
Kisahnya begini:
Seperti biasa, AS Hikam beberapa orang (Gus Dur, Mbak Mega, Ghofar Rachman, H. Sulaiman, dan 'pendherek' Megawati) datang ke Batutulis, tengah malam. Namun tak seperti biasanya, malam itu doa Gus Dur dan Megawati lama banget di kamar Bung Karno, almarhum.
Kebiasaannya, ketika sedang di dalam kamar tempat Bung Karno dulu dirawat, semua lampu harus mati sehingga suasana sangat tenang. Hanya gemericik air sungai di bawah sana yang memecah keheningan malam. Doa yang diwirid oleh rombongan peziarah itu tentu dilakukan dengan sangat khusyuk dan pelan. Kebetulandipimpin A Ghofar Rachman. Setelah itu, masing-masing bertafakur dan berdoa sendiri-sendiri secukupnya.
Nah, malam itu tidak biasanya tafakur Gus Dur dan Megawati lama banget, lebih dari setengah jam. Sehingga waktu kedua tokoh selesai, jam sudah menunjuk pukul 02.00 dinihari. Mereka semua lantas duduk-duduk di teras di luar kamar Bung Karno. Megawati tiba-tiba bertanya pada AS Hikam.
“Bagaimana, Hikam? Senang 'kan kalau kita ziarah, berdoa dalam suasana yang hening dan tenang seperti sekarang?”
AS Hikam menjawab: “Ya kalau Gus Dur dan Mbak Mega pasti senang..”
“Lho kalau kamu?” tanya Mega, heran.
“Saya terus terang sambil takut Mbak, wong gelap dan sepi begini…” jawab AS Hikam, jujur.
Kontan Gus Dur tertawa terpingkal-pingkal memecah dingin dan sepinya dini hari di Batutulis.
“Begini ini lho, Mbak. Kalau orang sekolah di Amerika kelamaan, hehehe….” kata Gus Dur sambil terus ngakak.
Megawati pun langsung spontan menjawil AS Hikam sambil menegur: “Kamu ini piye toh Hikam, orang NU kok takut ziarah tengah malam..” (Tapi Mega pun lalu ikut tertawa bersama H Sulaiman, Ghofar Rachman dan pendherek-nya)
Muhammad AS Hikam sendiri waktu itu tidak bisa tertawa. "Wong memang nyatanya saya rada takut (mana kemudian hujan rintik-rintik lagi!). Tapi dari pengalaman yang sekali ini sudah jelas bahwa kapasitas saya dalam urusan vitamin K cuma standar-standar saja. Walaupun masih sering ikut Gus Dur ziarah kesana-kemari (dengan atau tanpa Mbak Mega), tapi saya harus mengakui bahwa saya masih terlalu jauh “maqam”nya dari kedua beliau ini dalam soal-soal spiritual," kenang AS Hikam, yang pernah lama belajar di Hawaii, Amerika Serikat.
"Semoga dengan bertambahnya usia dan kematangan jiwa saya nanti juga bisa merasakan nikmatnya vitamin K seperti kedua beliau dan para masyayikh. Amin," kata AS Hikam, bergumam.