Ada Jejak Kopi dalam Foto Asik Gus Ipul
Orang, kalau ngopinya asyik, tentu gayanya juga asyik. (Sssttt... ini pasti gaya yang ndak konangan Satpol PP dan Protokoler, sssttt...)
Mboten percados? Ra percoyo? Enje' iyah? Engghi enten? Bhunten percaja? Tidak percaya? Simak gambar asyik satu ini. Kueren bukan?
Bukan rahasia, Gus Ipul, suka kopi. Sukanya terhadap kopi berbanding lurus dengan aktivitas ngopinya. Kuenceng.
Bisa dibilang dia sudah dalam kategori kopi lovers sejati. Ngopinya sedap tanpa gula. Ngopi tanpa gula itu kopi diseduh lawaran. Blas ndak dicemplungi gula. Blas ndak menggigit gula.
Kalau di warung ada namanya teh tawar. Bisa memesan teh tawar. Juga menyediakan teh tawar. Teh tawar itu teh tanpa dibubuhi gula.
Kadang sepet kalau kenthel, biasanya warnanya tua. Kadang memang tidak berasa apa-apa, bening, dan hanya sribit-sribit serasa teh. Kalau ini namanya teh kebanyakan air, penjualnya mau ambil untung banyak.
Ada beberapa kemungkinan kenapa orang memesan teh tawar. Pertama, tidak suka manis. Kedua, ingin mencecap citarasa teh (yakinlah ini jarang). Ketiga, ikut-ikutan orang disebelahnya yang mungkin cantik, yang mungkin agar dianggap keren. Keempat, ini yang penting, agar irit di warung. Karena harga teh bisa separuh harga dari teh manis. Beberapa warung malah gratis kalau teh tawar.
Sayangnya, keasyikan Gus Ipul menyeruput kopi tanpa gula, tidak sembarang bisa dibawa masuk warung. Tak ada warung yang menyediakan kopi tawar. Adanya kopi pahit dan kopi hitam.
(Aneh juga ya, padahal kopi itu selalu ada pahit dan hitam. Kenapa mesti disebut ulang. Ini pasti wujud dari imajinasi yang tak nyambung).
Meskipun Gus Ipul Wakil Gubernur, lalu ujug-ujug pesen kopi tawar, sementara si pemilik warung lali nek iku Pak Wagub, tidak mustahil Gus Ipul dipleroki dengan gaya para bakul kalau dagangnya ditawar terlalu murah. Sledat-sledot tapi diberikan juga pesanan yang diminta.
Kopi, itulah kopi, selalu asyik menjadi koneksi. Untuk membicarakan apa saja. Untuk hal apa saja. Ngalor ngidul, ngetan ngulon.
Seperti ini misalnya, sedianya tadi hanya membicakan foto dan gaya Gus Ipul dalam foto. Eh, ndilalah, eh kersanengalah, kok ya nemu teh tawar juga kopi tawar, eit... kopi hitam dan kopi pahit.
Jadi, masuk akal, ketika Gus Ipul melempar kalimat keren, "Dalam Secangkir Kopi Terdapat Sejuta Solusi". Terbukti faktanya, minimal satu hal, yaitu soal foto.
Sebagai pejabat publik, foto menjadi hal yang rumit. Apalagi gaya fotonya. Tidak sembarangan foto, difoto, dan melakukan apa saja terkait foto.
Semua ada rambu-rambunya. Protoker yang atur. Humas yang melanjutkan. Jadi, di banyak hal, foto menjadi gagah, berwibawa, mencerminkan sesuatu yang berat, beban yang seperti tak tertangguhkan, dan seterusnya.
Kadang, foto juga acap kali menjadi kaku, sekaku ujung blangkon Jawatimuran yang dicelup kanji, seperti foto KTP, seperti mayat hidup, seperti ini, seperti itu, yang luput menyertakan olah rasa. Menjadi foto mati yang tak berarti. Tak ada inneraction.
Karena kopi maka ada solusi. Boleh jadi ini adalah cara lepas yang jitu dari kebuntuan soal foto. (Apa kira-kira begitu ya Gus?).
Simak foto berdua, pasutri, yang asyik ini. Sangat imajinatif. Keren. Kekinian. Seperti foto wedding. Kaki pake diangkat segala. Foto yang nganak muda.
Anak muda butuh idola. Saya pun butuh idola. Ndak asyik rasanya foto selalu mencureng. Memang tugas Wakil Gubernur tak sedikit yang bikin muka mencureng, bikin sutris, eh stres, dan lain sebagainya. Lupakan sejenak mencureng. Kaki angkat sedikit, senyum, tahan, yak, cretttt. Tidak susah kan?
Meski hanya foto, tidak semua tokoh bisa dan mau bergaya seperti itu. Ingat SBY? Bahwa SBY lupa kalau senyum itu bisa bikin ketagihan. Seperti kopi, seperti sedang nyeruput kopi.
Kita punya tokoh yang tidak kaku. Kenapa tidak? Kaku dalam beberapa hal adalah boleh. Kaku itu punya lawan kata, yaitu lemes. Lemes dan kaku adalah kombinasi, yang dalam banyak hal adalah citarasa unik bagi masyarakat di Jawa Timur.
Ssstttt... Satpol PP-nya sudah selesai ngopi, bubar bubar bubar... diseneni lak blaen awak riko. widikamidi.