Rahasia di Balik Kelezatan Nasi Sambal Bu Rudy
Ie Lanny Siswadi atau yang akrab dikenal dengan panggilan Bu Rudy kini menjadi salah satu pilihan kuliner legendaris di Kota Surabaya. Sebelumnya, perempuan kelahiran Madiun tersebut tidak pernah memiliki cita-cita berbisnis kuliner, terlebih bakal sukses seperti sekarang.
Perempuan yang hanya mengenyam pendidikan kelas 3 SD tersebut mengatakan, kunci sukses dalam menjalankan usaha apa pun adalah terus tekun dan rajin, serta tidak menyia-nyiakan peluang. Bukan sekadar gelar akademik maupun pendidikan.
“Untuk bisa sukses itu kunci pertama adalah tekun. Hingga saat ini, saya itu selalu bangun jam empat pagi. Tidak ada yang tiba-tiba instan,” ujarnya pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Bu Rudy mengatakan, bahwa dirinya selalu optimistis dalam menjalani hidup. Termasuk ketika pertama kali merantau ke Kota Surabaya pada 1970 silam. Bu Rudy mengawali buka bisnis sepatu di kawasan Pasar Turi. Ia menggeluti usaha tersebut selama puluhan tahun lamanya.
“Kalau memang berencana punya bisnis kuliner. Dari dulu saya tidak akan buka bisnis sepatu. Saya usaha sepatu mulai 1983,” ujarnya pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Bu Rudy menggeluti bisnis kuliner lebih total setelah bencana kebakaran yang menghanguskan Pasar Turi pertengahan tahun 2000-an lalu. Ia kemudian membuka jualan nasi olahan sambal udang di pinggir Jalan Manyar Kertoarjo.
Keahlian memasak perempuan yang identik dengan rambut sasak itu, didapatkannya sejak masa kecilnya di Madiun. Di sana, Bu Rudy yang lahir tahun 1953 tersebut sering membantu tetangganya mengolah masakan tradisional Jawa.
“Dari usia 10 tahun saya sudah bantu tetangga masak. Tetanggaku semua itu orang Jawa. Jadi lihat tetangga masak botok, masak lodeh, saya lihat. Itu yang melekat di otak saya,” katanya.
Dalam hal memasak, kata Bu Rudy, dirinya tidak pernah punya pakem pada awalnya. Bahkan, perempuan keturunan Tionghoa tersebut pernah diundang untuk mengajarkan memasak. Namun, sangat sulit sekali untuk ditiru.
“Saya pernah mengajari ibu-ibu PKK. Waktu itu buat Bali Bandeng. Ibu PKK itu lari semua, karena Bu Rudy main comot saja. Tidak pernah liat resep. Buat sambal, cabainya berapa, tomatnya berapa. Itu saya tidak bisa. Insting tok,” ujarnya.
Awal tercetusnya nasi udang sambal bawang pun tidak pernah ia rencanakan. Bagi Bu Rudy, dia hanya menjalani semuanya dengan tekun dan cermat menangkap peluang.
“Awalnya buat nasi udang itu kan karena suami saya, Pak Rudy itu hobi mancing. Lalu ada sisa udang itu saya masak. Ternyata banyak yang suka,” katanya.
Berawal dari warung sederhana di pinggir Jalan Manyar Kertoarjo. Kini Depot Bu Rudy punya bangunan megah lantai tiga di Jalan Dharmahusada Nomor 144. Ia juga menggandeng ribuan UMKM di gedung tersebut.
“Aku bahkan tidak ada cita-cita buka seperti ini. Jadi berjalan aja. Yang penting tekun,” tuturnya.
Advertisement