Radikalisme di Medsos Kian Menjalar, Ini Kiat Antisipasinya
Tuban: Sebagai sebuah negara, dalam konstelasi nasional hingga global, Indonesia akan terus "vis a vis" dengan berbagai ideologi, paham, golongan, dan gerakan yang mencoba merongrong kesatuan dan persatuan Nasional.
Ideologi, paham, hingga gerakan, semisal radikalis (fundamentalisme Islam), liberalisme sekuler, hingga sosialis komunis adalah sekian dari bentuk rong-rongan yang kontraproduktif dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Demikian dikatakan DR. KH. As'ad Said Ali, pengamat gerakan radikal di Indonesia, dalam Seminar Nasional Membendung Radikalisme Melalui Kekuatan Masyarakat Akar Rumput, digelar Yayasan Salafiyah Kholidiyah, Plumpang Tuban, Sabtu 5 Agustus 2017.
Seminar dalam Haul ke-34 Almaghfurlah Romo KH. Abdul Fatah al-Mansyur, selain menghadirkan As’ad Said Ali, juga menampilkan pandangan Prof. DR. Muhammad A S Hikam (peneliti), Savic Ali dari nu-online, Abdul Kholiq Arif.
Pancasila sebagai ideologi bangsa, menurut As’ad Said, terus mendapat gedoran dari setiap sudut. Liberalisme radikal menawarkan kebebasan ala barat. Hingga pada tataran sekularisasi. Darinya, nilai-nilai agama harus tercerabut dari kehidupan masyarakat. Sosial Komunisme radikal pun demikian.
“Betapa berketuhanan menjadi hal yang tidak penting. Sementara fundamentalisme Islam, menggedor dengan instrumen syariat. Bahwa hukum positif negara harus diganti hukum Islam dan sistem pemerintahan harus diganti pula dengan sistem pemerintahan Islam,” tegasnya.
Antisipasi radikalisme
Gerakan-gerakan ini menjadi kian solid, bermetamorfosis menjadi sebuah instrumen masif yang terus berkembang, baik secara soft, hard, terbuka maupun under ground. Meningkatnya paham-paham yang kontraproduktif dengan nilai-nilai luhur bangsa, tentu cukup mengancam kedaulatan Negara Indonesia apabila dibiarkan terus berkembang. Harus ada kroscek kebenaran, klarifikasi, dan memperhatikan sumber yang jelas.
“Di era digital ini misalnya, doktrinal paham di atas menjadi tak terelakan dengan memanfaatkan jejaring dunia maya. Berbagai informasi dari berbagai situs gerakan tersebut, bak bola liar yang menggelinding dan begitu mudah ditangkap masyarakat,” kata Savic Ali.
Menurutnya, selanjutnya hal itu ditelan mentah-mentah tanpa adanya upaya pencarian kebenarannya. Hal ini lah yang selanjutnya disadari oleh para pemuda NU, dengan menawarkan satu situs nu-online. Sebuah situs, yang menawarkan pemikiran-pemikiran ala bangsa Indonesia. Memberikan informasi yang lebih pas untuk ke-Indonesia-an, guna menanggulangi situs-situs dari paham yang kontraproduktif tersebut.
Pada masyarakat akar rumput, menjaga keharmonisan hidup antaragama, suku, budaya dan golongan merupakan penawar paling ampuh dalam menanggulangi gerakan-gerakan tersebut. Kehidupan saling menghargai dengan penuh kasih sayang, adalah jalan terbaik yang harus dibudayakan guna menjaga kerukunan bangsa.
Di lain pihak, adanya dukungan dari pemerintah tentu menjadi sangat penting. Pemerintah harus selalu berswadaya dan memfasilitasi masyarakat dalam menjaga kesatuan Negara. Kerjasama yang harmonis oleh pemerintah dan masyarakat adalah kunci tercapai cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. (adi)