Rabithah Alam Islami Resmi Gandeng PBNU dalam R20 di Bali
Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) secara resmi mengumumkan partisipasinya sebagai mitra Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Religion 20 (R20) di Bali, November 2022 mendatang.
Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Syeikh Mohammad Al-Issa, menyatakan dukungan penuhnya dalam gelaran itu. Kerja sama itu dinilai dapat menjembatani realisasi visi bersama. Untuk menjadi fasilitator dalam pembentukan ruang-ruang diskusi terbuka antaragama.
“Liga Muslim Dunia bekerja tanpa lelah untuk membangun jembatan dan memfasilitasi dialog antaragama dan antarbudaya,” ujar Muhammad Al-Issa, dalam keterangan Jumat 19 Agustus 2022.
Kolaborasi itu, lanjut dia, diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan mewujudkan khitah bersama dalam mereduksi ancaman ekstremisme dan diskriminasi.
Memperkuat Misi
“Bekerja bersama Nahdlatul Ulama yang memiliki cita-cita ini adalah wajar dan akan memperkuat misi kami,” imbuhnya.
Ia juga melihat, kerja sama dengan PBNU itu sebagai langkah efektif menguatkan misi Liga Muslim Dunia. Hal itu karena R20 diyakininya bisa menciptakan ruang dialog.
“Kemitraan dengan Nahdlatul Ulama dan Forum Agama G20 [R20] akan menjadi platform yang sangat baik untuk dialog yang akan memperkuat dan memperluas misi mulia Liga Muslim Dunia,” katanya.
Al-Issa akan menjadi co-chair R20 bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Ia juga direncanakan akan memberikan pidato pembukaan di forum setelah pidato Presiden Indonesia Joko Widodo.
"Alhamdulillah, kemarin kita sudah sepakati bahwa Liga Muslim Dunia dan NU akan menjadi co-chair dari R20 ini," tambah Gus Yahya.
Gus Yahya juga menuturkan argumennya mengapa PBNU menggandeng Liga Muslim Dunia.
Menurutnya, situasi geopolitik dan posisi Indonesia dalam konteks hubungan antaragama menjadi pertimbangan paling utama. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia, bagaimanapun, posisi Indonesia adalah posisi Islam.
"Kita mau memakai apa selain posisi Islam bagi Indonesia dalam konteks hubungan antaragama ini? Kita harus mencari partner geopolitik yang bisa memperkuat 'privilege' ini. Maka kita menggandeng Liga Muslim Dunia yang disponsori Arab Saudi," tandasnya.
"Arab Saudi itu yang mungkin paling signifikan di dunia Islam."
Pertimbangan berikutnya, saat ini Liga Muslim Dunia dan pemerintah Arab Saudi menunjukkan tanda-tanda sedang mengagendakan perubahan dalam wawasan keagamaan. Perubahan tersebut termasuk pula dalam hal keterlibatan dengan sistem global.
"Ada perubahan gesture penguasa Arab Saudi dan ada juga perubahan artikulasi dari Liga Muslim Dunia sendiri. Setelah kita analisis, ternyata ada kepentingan yang nyata untuk berubah," lanjut pria kelahiran Rembang itu.
Kedua organisasi tersebut, Liga Muslim Dunia dan NU, akan bekerja sama untuk mendefinisikan nilai-nilai bersama yang akan menjadi dasar bagi koeksistensi yang harmonis antara komunitas yang beragam. Kerja sama ini berpotensi untuk berlanjut hingga tiga tahun ke depan.