Quartararo harus Berdamai dengan Keadaan?
Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) harus bisa berdamai dengan keadaan. Meskipun pembalap asal Prancis ini sudah memberikan gelar juara dunia pada Yamaha di tahun lalu setelah kosong selama tujuh tahun, tahun ini, Fabio Quartararo terus mengeluh soal performa Yamaha.
Memasuki libur musim dingin, El Diablo meminta bantuan para engineer pabrikan Iwata membenahi kekurangan power M1 yang tampak sudah akut.
Tetapi permintaan itu sepertinya tidak dituruti. Atau tidak bisa dituruti oleh Yamaha. Jadi Fabio Quartararo sempat frustrasi dan dia menghabiskan waktu pengujian pra musim dengan mengeluh terus tentang kurang bertenaganya mesin Yamaha M1.
Menurutnya, output mesin ini hampir identik dengan mesin prototype sebelumnya yakni versi 2021. El Diablo finis di podium hanya satu kali dalam empat balapan pertama, yakni posisi kedua dalam GP Indonesia di Sirkuit Mandalika.
Fabio Quartararo mengakui stagnasi motor dalam aspek top speed telah mengalihkan fokusnya. Sampai-sampai berpengaruh dalam memberikan performa terbaik.
“Antara Februari dan hari ini, tidak ada yang berubah dari performa mesin Yamaha. Pada awal musim saya emosi dan ini menghambat saya memberikan hasil maksimal,” ujarnya kepada Motorsport.com dalam wawancara di Catalunya.
“Saya terjebak dengan rasa frustrasi. Dalam 18 bulan evolusi, motor tidak meningkat dalam top speed, bahkan untuk 1 km/jam. Itu buruk bagi saya. Dalam setahun saya beralih dari menyalip Alex Rins (Suzuki) di trek lurus menjadi melihatnya melewati saya,” keluhnya.
Tetapi akhirnya, Fabio Quartararo pun menyadari. Percuma bersungut-sungut. Dia harus memaksimalkan apa yang dimilikinya sekarang. Untuk bisa mendapatkan hasil terbaik.
“Di Austin Amerika Serikat, saya finis ketujuh, bertarung dengan Marc, dan bagi saya itu hasil yang bagus. Kemudian kemenangan di Portimao datang, dan saya lalu berkata, ‘berhenti bicara soal top speed dan fokus pada apa yang harus dilakukan, yakni melaju secepat mungkin dan lihat bagaimana akhirnya'," jelasnya.
Fabio Quartararo juga mengakui bahwa dirinya sedang berusaha mengubah pola pikirnya. “Saya membuat perubahan ini sendiri. Saya bekerja dengan psikolog beberapa waktu lalu dan saya belajar banyak. Saya belajar bahwa tidak ada gunanya marah tentang sesuatu yang tidak dapat Anda ubah,” tuturnya.
“Untuk citra pribadi saya, itu buruk. Untuk pekerjaan jadi masalah juga. Apalagi kemarahan tidak akan membantu mendapatkan hasil yang baik,” tutup Fabio Quartararo.
Advertisement