Qalbun Salim atau Kalbun Salim? Ini Catatan Ust Ma'ruf Khozin
Dalam beberapa tahun terkahir, sejumlah kelompok pengajian memberi label Qalbun Salim. Terkadang ditulis Kalbun Salim. Yang jelas, bermakna "hati yang bersih".
Merespon hal itu, Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur menulis catatan berikut:
Aslinya dua kata ini dari Bahasa Qur'an "Qalbun Salim" (hati yang bersih dari penyakit hati). Awalnya saya kira para masa-syex di sini hendak mengambil Pronunciation (baru lihat di kunci Inggris) tengah-tengah antara Arab dan Yaman. Bagi ulama Yaman Qalbun dibaca Galbun. Lama-lama memang yang dimaksud beliau-beliau adalah hewan yang menemani Ashabul Kahfi itu.
Sepertinya sengaja menerjemahkan Kalbun dengan merofa'kan kata ASI yang secara i'rob dibaca kasroh. Di sini huruf "i" diganti Dhommah ( ُ ) yang artinya merangkul, karena mereka ini memiliki hobi merangkul ASI.
Saya tidak tahu histori berdirinya MKS (Majelis Kalbun Salim) ini. Yang jelas hewan Kalbun ini tetap ciptaan Allah yang memiliki arti tersendiri untuk diambil pelajaran oleh manusia di saat yang sama Kalbun ini dianggap najis mughalladzah secara Fikih. Namun Nabi juga mengabarkan ada hamba Allah yang diberi ampunan karena berbuat baik kepada Kalbun.
Saya teringat sebuah kitab bernama:
فضل الكلاب على كثير ممن لبس الثياب
Keutamaan Kalbun mengalahkan banyak orang yang memakai pakaian.
Ditulis oleh Syekh Muhammad bin Khalaf bin Marzaban bin Bassam (309 H). Beliau mengambil sisi hikmah sifat-sifat baik dari Kalbun dengan menyitir kisah-kisah para Sahabat Nabi dan ulama Salaf ketika 'berteman' dengan Kalbun sebagai penjaga ternaknya.
Ada puluhan syair Arab yang beliau cantumkan. Dan yang paling saya suka -karena tidak terlalu sulit Gramatikanya- adalah:
ﻓﻠﻠﻜﻠﺐ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺧﻠﻴﻞ ﻳﺨﻮﻧﻨﻲ • ﻭﻳﻨﻜﺢ ﻋﺮﺳﻲ ﺑﻌﺪ ﻭﻗﺖ ﺭﺣﻴﻠﻲ
"Kalbun memiliki sisi kebaikan dibanding teman yang berkhianat. Ia menikahi calonku saat aku tidak bersamanya" (Bahar Towil, adiknya Anisa Bahar).
Hampir semua nukilan dari para ulama menunjukkan bahwa hewan Kalbun ini sangat setia (kalau diplesetkan jadi "selingkuh tiada akhir").
"Atas kiriman kaosnya saya haturkan terima kasih sayang dan belaian halal, dari para pembeser MKS. Syekh Yaser Muhammad Arafat Syekh Kang Kang Din Rosyidin Syekh Insan Kamil Asfy Syekh Bahrudin Achmad dan Nyai Fitriah Kamal dr Heri Munajib Gus Muhammad Akrom Solihin MasDa Jumaldi Alfi (maaf yang lain tidak bisa disebut karena belum kirim Fatihah).
Setelah saya memakai kaos ini akan berlaku kaedah La ya'riful kalba illa al-kalbu. By the way setelah berfoto, kaos ini akan dipakai istri saya. Ukurannya lebih cocok dipakai wanita. Sebab lingkar pinggang lebih kecil dari pada lingkar di dada. (Ust Ma'ruf Khozin)