Qais Layla di Depan Ka'bah, Kisah Haru tentang Cinta
Baitullah atau Ka'bah menjadi pusat orientasi umat Islam untuk beribadah haji. Tempat suci yang dibangun zaman Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS), sebagai kakek para nabi, menyimpan kisah-kisah haru berkait cinta.
KH Husein Muhammad mengisahkan kaitan Ka'bah dan cinta Qais - Layla, yang mengharukan:
Kemarin aku mengantar calon jemaah haji, tetangga dan orang-orang sekampungku. Tiba-tiba melintas di kepalaku kisah cinta Qais dan Layla. Aku sudah menulis kisah percintaan yang indah dan mengharubiru, beberapa tahun lalu di ruang ini. Tanggal 02 Juni 2019. Ini ceritanya :
Hati Qais hancur lebur, remuk redam begitu ayahnya melarangnya bertemu Layla, kekasih hatinya. Dia seakan melihat di depan matanya tembok rumah Layla berdiri begitu kokoh dan menjulang, hingga tak akan bisa dimasuki.
Pikirannya menjadi kacau balau. Dadanya terus bergemuruh dan berdetak-detak kencang, menahan kecewa, sakit dan rindu. Bibirnya bergetar sanbil terus menyebut nama Layla. Ia lalu menjadi makin senang menyendiri di taman di belakang rumahnya sambil menyanyikan lagu rindu dan luka.
Ayah Qais mengerti keadaan anaknya. Ia juga sesungguhnya berduka melihat keadaan anaknya itu, tetapi tak berdaya. Ia tiba-tiba terpikir untuk mengajak Qais pergi ke Makkah untuk Umrah sambil mengobati luka hatinya, karena rindu. Kepada Qais, ia tidak mengatakan akan Umrah, melainkan untuk mengunjungi kakek moyangnya di sana.
Qais menurut saja. Tetapi sampai di kota suci itu Qais dibawanya menuju ke Masjid al-Haram. Tiba di pelataranya sambil menunjuk ke arah Ka'bah, “Bait Allah” (Rumah Tuhan) ia berpesan kepada anaknya:
اُنْظُرْ عَلَّكَ تَجِدْ دَوَاءً لِمَا بِكَ. فَتَعَلَّقْ بِاَسْتَارِ الْكَعْبَةِ وَاطْلُبْ لِنَفْسِكَ الْخَلَاصَ..
“Lihatlah, semoga engkau menemukan obat bagi sakitmu itu. Peganglah kiswah (kain penutup) Ka'bah itu dan berdoalah agar Allah menghilangkan rasa rindu dendammu kepada Layla, perempuan yang kau cintai itu.”
Mendengar nasihat ayahnya itu, Qais menangis dan tertawa sendiri. Sambil tangannya memegang kelambu Ka'bah itu ia berdoa:
بِعْتُ رُوحِى فِى حَلَقَةِ اْلِعشْقِ.
وَالْعِشْقُ قُوتى وَبِدُونِ هَذَا الْقُوتِ فَوَاتِى .
فَلَا جَرَى الْقَدَرُ لِى بِغَيْرِ الْعِشْقِ.
فَيَا رَبِّ رَوَّنِى بِمَائِهِ , وَأَدِّمْ لِعَيْنِى حُلْيَة الْاِكْتِحَالِ بِهِ.
وَيَا رَبِّ زِدْنِى مِنْ عِشْقِهَا
وَإِنْ قَصُرَتْ عُمْرِى بِالْعِشْقِ فَزِدْهُ فِى عُمْرِهَا.
اَللَّهُمَّ زِدْنِى لِلَيْلَى حُبًّا. وَلَا تَنْسَنِى ذِكْرَهَا أَبَداً
“Aku telah menjual ruhku dalam ruang sirkuit rindu-dendam yang menderu-deru.
“Isyq” (rindu dendam) adalah makananku, tanpa itu aku akan mati.
Jangan takdirkan aku tanpa rindu-dendam kepadanya.
Duhai Tuhan, tuangkan untukku air bening rindu.
Cemerlangkan mataku dengan celak hitam selamanya.
Duhai Tuhan, tambahkan aku rindu kepadanya.
Bila umurku pendek, tambahkan rindu itu kepadanya.
Duhai Tuhan, tambahkan rinduku kepada Layla,
Jangan biarkan aku melupakan dia selama-lamanya.”
Sesudah itu, Qais jatuh terkulai, semaput, tak sadarkan diri.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. (02.06.19/HM)