Puti Guntur: Enaknya Kopi Ijo yang Khas
Berada di Tulungagung, Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno tidak melewatkan untuk mampir ke kedai kopi. Cucu Bung Karno itu menikmati Kopi Ijo, ciri khas Kota Marmer, di Bolorejo, Kauman.
“Kopi Ijo ini khas Tulungagung. Tidak ada di daerah lain,” kata Syahri Mulyo, Calon Bupati pertahana, saat memperkenalkan produk di daerahnya pada Puti Guntur Soekarno, Selasa, 27 Februari 2018 siang.
Salah satu pemilik kedai, Pak Yun, menerangkan ciri khas dari Kopi Ijo juga terletak pada cangkirnya. Bentuknya kecil, bulat, kemudian dihilangkan pada pegangannya. “Sehari kami bisa habis 25 kilogram,” kata Pak Yun pada Puti Guntur.
Sejak kemarin, pasangan Calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) itu, nomor urut 2, berada di Tulungagung. Ia bergerak ke kawasan Mataraman untuk membangun dukungan dalam Pilkada Jawa Timur tahun 2018.
Di Tulungagung diperkirakan menjamur warung atau kedai Kopi Ijo. “Bisa mencapai hampir sekitar 3 ribu kedai,” kata Syahri Mulyo, Bupati Tulungagung periode 2013-2018.
Usaha ini muncul dan menjamur. Warga masyarakat menyukai. Mereka bisa cukup lama jagongan, ngobrol, sambil menikmati Kopi Ijo. “Warga Tulungagung kebanyakan pekerja. Bisa jadi kebiasaan ngopi adalah untuk melepas lelah sehabis bekerja,” kata seorang warga.
Puti Guntur Soekarno cukup teliti mengamati Kopi Ijo. Berasal dari biji kopi biasa, kemudian disangrai setengah matang. “Sehingga warna hijaunya kelihatan. Kalau disangrai gosong, jadinya kopi hitam,” kata Pak Yun.
Ketika disajikan, aroma Kopi Ijo terasa khas. “Hemmmm... beda aromanya,” kata Puti Guntur. Setelah agak dingin, Puti menyeruput Kopi Ijo. “Enak, enak dan khas rasanya,” kata dia.
Beberapa tahun ini, kopi menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi kreatif. Tidak hanya untuk keperluan rumah tangga, atau disajikan di warung-warung, tetapi telah disajikan pada kedai dan gerai, mall, dan hotel-hotel mewah.
Kemarin malam, Puti Guntur bertemu dengan anak-anak muda, pengelola kafe. Mereka juga aktif di dunia maya, para netizen. “Kafe itu tempat kumpulnya anak-anak muda dengan desain interior bagus. Jenis kopi yang disajikan juga macam-macam,” kata Puti.
Cucu Bung Karno itu menjajal cara membuat hiasan busa kopi atau yang dikenal dengan latte art. “Saya mencoba bikin latte art, bentuk hati, ternyata sulit sekali ya... tapi jadi lho bikinan saya," kata dia tertawa.
Di kedai kopi itu Puti berbincang dengan kalangan netizen tentang ekonomi kreatif. Puti bercerita aneka jenis kopi dari berbagai daerah di Nusantara. Ada kopi Aceh, Toraja, Jawa, Kintamani, dan Papua, dan masih banyak lagi.
“Ini semua hasil bumi, dari kekayaan Nusantara ini. Kemudian, karena kreativitas anak-anak ‘jaman now’ bisa diracik, bisa diolah, menjadi sajian yang menyenangkan. Kopi telah menggerakkan ekonomi kreatif kita,” kata Puti.
Menurut Syahri Mulyo, meski kopi menjadi kesukaan warga, namun Tulungagung bukan daerah penghasil kopi. Karena tanah-tanah hutan lebih menyerupai sebagai hutan lindung. Bukan tanah tegalan. “Kami ingin mulai agar kelak dihasilkan kopi hasil tanah Tulungagung,” kata Syahri. (frd/wah)
Advertisement