Puskesmas Taman Siap Tampung Caleg Depresi Akibat Kalah Pemilu
Puskesmas Kecamatan Taman, Sidoarjo menyatakan siap menerima pasien depresi akibat kalah dalam pesta demokrasi tahun 2024 mendatang, khususnya para calon legislatif (caleg).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Siti Julaikhah, Penanggung Jawab Poli Jiwa Puskesmas Taman, Sidoarjo. Tak hanya menyiapkan tenaga medis saja, Puskesmas tersebut juga melengkapi segala fasilitasnya agar dapat merawat para pasien yang mengalami depresi ringan hingga berat.
“Nanti jika sudah pemilihan ada yang gagal, kemungkinan ada peningkatan, biasanya stres ringan. Kami siap menerima pasien-pasien tersebut sesuai SOP perawatan depresi ringan hingga berat, kami bisa tangani dan lakukan pengobatan," ucap Siti, Sabtu, 23 Desember 2023.
Menurut Siti, Poli Jiwa di Puskesmas Taman juga bisa dimanfaatkan untuk semua kalangan yang depresi, bukan hanya para anggota caleg saja. Misalnya, keluarga caleg, tim sukses hingga para pendukungnya yang terdampak mengalami depresi akibat kalah dalam pemilu.
“Seperti kemarin ada tes kesehatan untuk caleg kita juga melakukan screening,“ imbuhnya.
Menurut Siti, Poli jiwa yang telah dibuka sejak tahun 2015, saat ini sedang merawat lebih dari 1000 pasien yang mengalami gangguan jiwa, 700 di antaranya mengalami depresi berat. “Sayangnya, kategori depresi berat didominasi oleh pasien muda yang berusia 17 hingga 30 tahun,” beber Siti.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Taman, Sidoarjo, dr. Inensia Khoirul Harap menyebutkan, perkembangan pasien penyakit jiwa meningkat setiap tahun, apalagi di momen-momen tertentu seperti kontestasi politik tahun 2024 mendatang.
“Sebagai gambaran saja, di tahun 2015 hanya ada satu atau dua pasien, tapi tahun 2023 ini jumlah pasien gangguan jiwa sebanyak 344 pasien. Sedangkan yang mengalami depresi berat ada 700 sekian,” papar dr. Inensia.
dr. Inensia menambahkan, depresi yang terjadi pada calon legislatif ini dikarenakan, yang bersangkutan telah menjadi pusat perhatian hingga mengeluarkan modal yang tak sedikit, namun akhirnya tak dapat menerima kekalahan sehingga berpengaruh terhadap mentalnya.
“Apalagi trennya sekarang mulai anak-anak usia muda generasi baru ini, ketika kena sedikit tekanan masalah membuat mereka mengalami gangguan kesehatan. Jadi sangat rentan sekali,” tuturnya.
Advertisement