Mengintip Aktivitas Ramadan di Rehabilitasi Narkoba
Bulan ramadan, bulan penuh berkah. Bulan suci bagi umat muslim ini banyak dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan ibadahnya.
Tak ketinggalan bagi pecandu narkoba yang tengah menjalani pemulihan ketergantungan di tempat rehabilitas sosial Rumah Sehat Orbit Surabaya (RSOS), di Perum Margorejo Indah, Surabaya.
Ada sekitar 5 klien yang sedang menjalani rawat inap di RSOS. Dua diantaranya perempuan pecandu Narkoba. Dua klien laki-laki yang memakai busana musim tampak sedang membaca Al Qur'an. Tiga lainnya sedang berolah raga dengan didampingi dua konselor.
Kala Adzan Dzuhur berkumandang mereka bergegas mengambil air wudhu dan melakukan salat Dzuhur secara berjamaah dengan konselornya. Kemudian usai salat berjamaah, mereka melanjutkan membaca Al Qur'an.
Bagi klien non muslim, menjalankan kegiatan lain seperti berolahraga, bersih-bersih, maupun kegiatan diskusi. Saat malam tiba, salat taraweh dan tadarus menjadi kegiatan rutin di bulan ramadan di RSOS.
Hanif Kurniawati, konselor adiksi RSOS, mengatakan momen bulan ramadan memang digunakan untuk membangkitkan sisi religi klien.
"Di bulan ramadan ini kita ingin membangkitkan spiritualitas mereka dengan melakukan kegiatan religius tanpa paksaan," ujar Hanif saat ditemui Rumah SOS, Rabu, 15 Mei 2019.
Kata Hanif, bulan ramadan bulan yang efektif bagi klien untuk dapat belajar mengontrol emosinya. Karena pecandu itu orang yang sedang mengalami gangguan psikis, sehingga emosinya mudah labil.
"Teman-teman ini kan karena mengalami kecanduan, sehingga mudah mengalami mood swings. Dengan berpuasa mereka bisa belajar mengendalikan emosi yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan," kata Hanif.
Para klien yang menjalani pemulihan ini, rata-rata usai remaja. Mereka sudah lama menggunakan narkoba. Sehingga mulai muncul ketergantungan yang sulit untuk disembuhkan. Upaya pemulihan di rehabilitasi menjadi alternatif terakhir bila therapi medis tidak berhasil.
Pecandu biasanya hidup tidak teratur. Ibadah pun kadang jarang dilakukan. Bahkan tindakan-tindakan kriminalitas menjadi pekerjaan yang ditempuh untuk memenuhi ketergantungannya.
Salah satunya AR yang berusia 20 tahun. Ia mengaku pertama kali menjalankan puasa ramadan. Selama menjalankan ibadah puasa, perubahan yang paling terasa dialami adalah ketenangan emosi dan hidup teratur.
"Yang paling saya rasakan di tempat rehab adalah jam tidur diatur. Biasanya kalau pecandu tidurnya tidak teratur. Tidur pagi bangunnya sore," kata remaja asal Rungkut, Surabaya ini.
AR menambahkan, puasa ini merupakan kali pertama dijalani. Sebelum menjadi klien rehablitasi ini, belum pernah menjalankan puasa, salat taraweh, tadarus.
"Selama di rehablitasi, semua ibadah yang belum pernah saya jalankan sekarang saya jalankan secara rutin. Di sini saya bisa belajar baca Al Qur'an, merasakan sahur bareng, buka bersama dengan teman-teman dan konselor. Ini keistimewaan tersendiri," katanya.
Di samping itu, di rehabilitasi ini juga diajari mengolah emosi dari perilaku buruk ke perilaku yang lebih positif.
Seperti, berolahraga rutin, kegiatan bersih-bersih, sampai hal-hal yang kecil seperti sikap makan yang baik, merapikan tempat tidur, mencuci piring, dan lain-lain.
"Tiada hari tanpa berhenti beraktivitas kalau di rehab ini. Sejak bangun pagi aktivitas penuh. Habis sholat dhuhur dan ngaji, kadang kita diwajibkan tidur siang. Kemudian setelah bangun, kembali aktivitas dimulai hingga malam," katanya.
Aktivitas serupa di bulan ramadan juga dilakukan di rumah rehabilitas Plato, yang ada di Menanggal, Surabaya. Saat ngopibareng.id berkunjung ke lokasi itu tampak sekitar 10 remaja sedang melakukan ibadah salat Ashar berjamaah di ruang tamu.
Mereka datang dari berbagai daerah di Surabaya. Aktivitas ibadah selama ramadan menunjang metode terapi yang dijalankan rehabilitas sosial. Ada dua metode yang dijalankan di rehabilitas ini yaitu therapy community dan 12 langkah Narcotic Anonymous.
Supriyadi, Program Manager Plato menjelaskan, bulan puasa ini juga disambut gembira para pecandu. Karena, pada bulan ramadan ini lebih mudah dalam pengendalian emosi.
"Hari-hari biasa tidak ada tadarus, tarawih. Paling-paling aktivitas ibadahnya hanya lima waktu saja, tetapi di bulan ramadan ini banyak aktivitas ibadahnya. Dan ini ternyata sangat efektif bagi klien dalam mempercepat pemulihan," kata Supriyadi, saat ditemui di rumah rehabilitasi Plato, Jalan Cipta Menanggal V Nomor 16, Surabaya.
Supriyadi menambahkan, ramadan ini membangkitkan sisi religius dan mental mereka dalam proses rehabilitasi. Agar supaya mereka ingat kepada Tuhan dan paham bagaimana menjalankan ibadah agamanya.
"Pengguna narkoba memang tidak bisa sembuh tapi bisa pulih, untuk itu dengan mengenalkan Tuhannya dapat menjadi rem untuk diri mereka agar tak kembali menggunakan narkoba," katanya.
YA, salah satu klien yang sudah tiga bulan tinggal di rumah rehabilitasi Plato menuturkan, berpuasa membuatnya belajar menahan rasa lapar, haus dan juga lebih sabar.
"Saya lebih sabar. Biasanya gampang emosi. Kalau sekarang, kita pikirkan dulu, kita rasakan dulu, baru actionnya. Kalau kita salah kita yang minta maaf," kata remaja berusia 19 tahun. (pts)