Pupuk Cair Organik dari Limbah Kafe dan Rumah Makan di Jember
Sejumlah pemuda di Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari melakukan terobosan untuk mengurangi sampah. Salah satunya dengan mengolah sebagian sampah menjadi pupuk cair organik.
Limbah yang menjadi bahan mereka diperoleh dari kafe The Tawangmangu, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari. Limbah organik tersebut dipungut dan dikumpulkan.
Salah satu kelompok pemuda Tegalgede, Sarif Efendi mengatakan, gerakan mengurangi limbah di Kelurahan Tegalgede menggandeng sejumlah mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN Kolaboratif. Gerakan tersebut sekaligus menjadi program mereka saat melaksanakan tugas dari kampus.
Program pembuatan pupuk organik cair itu, dilatarbelakangi karena persoalan sampah yang semakin menggunung di tempat pemrosesan akhir (TPA). Karena itu, pemuda di Tegalgede kemudian mencari penyumbang sampah terbanyak.
Ternyata salah satu penyumbang limbah terbanyak adalah kafe dan rumah makan. Atas persoalan itu, mereka kemudian mendatangi kafe untuk memungut limbah organik yang masih bisa dimanfaatkan.
Sejauh ini, lanjut Sarif Efendi, kafe yang menjadi percontohan adalah Kafe The Tawangmangu. Limbah organik yang terdiri atas kulit buah hingga sayuran dikumpulkan.
Limbah yang dikumpulkan itu dimasukkan ke dalam wadah. Lalu dicampur dengan cairan dekomposer, gula, dan cairan gula. Setelah ditambah air secukupnya, wadah tersebut kemudian ditutup.
Limbah tersebut paling cepat membutuhkan waktu fermentasi dua pekan untuk bisa berubah menjadi pupuk cair organik.
“Caranya cukup mudah. Limbah organik dimasukkan ke dalam wadah dicampur dekomposer dan cairan gula. Lalu ditambah air dan dibiarkan selama dua pekan agar terjadi fermentasi,” jelas Sarif Efendi.
Dari hasil uji coba terhadap tanaman di pekarangan rumah, pupuk cair organik tersebut dapat menggantikan pupuk kimia. Untuk dipakai pemupukan akar, satu liter pupuk dicampur tiga liter air. Sedangkan untuk disemprotkan ke daun, satu liter pupuk dicampur lima liter air.
Sejauh ini, pengaplikasian pupuk organik yang diproduksi pemuda Tegalgede hanya untuk tanaman pekarangan dan tanaman hias. Kendati demikian pupuk tersebut juga bisa diaplikasi ke tanaman di lahan yang lebih luas.
“Bisa saja ini diaplikasi di lahan pertanian yang luas, namun sejauh ini memang belum pernah dilakukan,” pungkas Sarif Efendi.
Sementara itu, Lurah Tegalgede, Abdul Khamil mengapresiasi gerakan para pemuda tersebut. Gerakan tersebut nanti akan terus dikembangkan. Gerakan tersebut menjadi gerakan pertama sekaligus percontohan, sebagai upaya mengurangi limbah organik.
Mereka juga akan menyasar kafe dan warung makan lainnya yang jumlahnya cukup banyak di Kelurahan Tegal Gede. Bahkan, Khamil berharap masyarakat Tegal Gede dapat memproduksi pupuk organik secara mandiri di rumahnya
“Pembuatan pupuk cair organik ini bisa diterus dikembangkan. Limbah bisa diperoleh dari kafe dan rumah makan yang ada di Tegalgede. Bahkan, setiap rumah tangga di Jember nanti bisa teredukasi membuat pupuk yang sama,” pungkasnya.