Punya Riwayat Autoimun, Waspadai Penularan Covid-19
Di masa pandemi ini, orang dengan autoimun masuk dalam kelompok rentan terpapar Covid-19 dengan gejala yang lebih berat. Pasalanya, orang-orang dengan komorbid sistem tubuhnya tidak bagus sehingga mudah terinfeksi virus. Meski berisiko mengalami gejala berat, jika kerentanannya berbeda-beda tergantung dari jenis penyakit autoimun yang dialami pasien.
Terdapat beberapa jenis penyakit autoimun yang berisiko tinggi seperti lupus, sjogren syndrome, rheumatoid arthritis, scleroderma, multiple sclerosis, spondyloarthropathy, dan semua penyakit imun yang mengonsumsi obat-obatan imunosupresan. Obat-obatan yang bersifat imunosupresan atau menurunkan kekebalan tubuh dapat mengontrol penyakit autoimun pada penderita. Namun efek buruknya, virus dan bakteri lebih mudah menyerang tubuh.
Secara normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melawan serta mencegah terjadinya penyakit, seperti bakteri dan virus. Namun ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut juga ntibodi gunanya untuk melawan dan mencegah timbulnya penyakit.
Definisi Autoimun
Autoimun adalah kondisi saat sistem kekebalan tubuh (imun) tidak bisa menjalankan fungsi normalnya, padahal sistem imun tersebut bertugas melawan infeksi virus, bakteri, serta benda asing lainnya. Kegagalan itulah yang kemudian mengakibatkan sistem imun dapat menyerang tubuh dan menimbulkan penyakit.
Kondisi tersebut termasuk seperti penyakit kronis yang dapat mengganggu kesehatan secara bertahap, terdapat sekitar 80 jenis penyakit dalam kelompok bedsar autoimun dengan gejala yang berbeda-beda, tetapi secara garis besar, penyakit tersebut terbagi ke dalam dua ketagori, yakni:
1. Penyakit autoimun organ spesifik, yakni kondisi yang menyerang satu organ tubuh saja, misalnya vitiligo atau hanya mengenai kulit saja.
2. Penyakit autoimun sistemk, yaitu sebuah kondisi yang menyerang seluruh organ tubuh, contohnya penyakit lupus, dan rheumatoid arthritis.
Gejala Autoimun
1. Nyeri di sekujur tubuh. Nyeri yang membuat badan seperti ditusuk-tusuk.
2. Nyeri sendi, bagian sendi yang paling sering diserang adalah sendi lutut, sendi di pergelangan tangan, punggung tangan hingga buku-buku jari. Biasanya terjadi di kedua sisi kiri dan kanan yang juga sering diiringi pembengkakan dan/atau kekakuan, sehingga membuat kesakitan dan sulit bergerak.
3. Fatigue, yaitu rasa lelah berlebihan dan berkepanjangan, seperti habis berlari jauh, yang membuat energi tubuh seperti terkuras habis, bahkan untuk mengangkat badan dari tempat tidur saja terasa berat.
4. Timbul demam ringan, bila dipegang oleh orang lain, badan akan terasa agak hangat, namun ketika diperiksa dengan termometer, suhunya masih normal (pada batas atas), sekitar 37,4–37,5 derajat Celsius.
5. Rambut mengalami kerontokan parah.
6. Sering terkena sariawan.
7. Brain fog, karena otak sewaktu-waktu seperti tertutup kabut, sehingga untuk sesaat seseorang kehilangan memori, fokus, dan konsentrasi, entah sedang menulis maupun saat berbicara.
Penyebab Autoimun
Para peneliti memang belum menemukan penyebab pasti dari penyakit autoimun hingga saat ini. Namun terdapat beberapa faktor yang berisiko memicu penyakit autoimun.
1. Genetik atau keturunan
Faktor genetik merupakan faktor risiko utama yang bisa menimbulkan penyakit autoimun. Meski demikian, faktor tersebut bukanlah satu-satunya yang bisa memicu reaksi kekebalan tubuh.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang memicu timbulnya penyakit autoimun. Di antaranya yang mencakup paparan zat tertentu, seperti asbes, merkuri, perak, dan emas, pola hidup yang berantakan serta pola makan yang kurang sehat.
3. Perubahan hormon
Faktor perubahan hormon menjadi salah satu penyebab penyakit autoimun. Seperti contohnya, penyakit autoimun sering menyerang ibu setelah melahirkan, hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa perubahan hormon memiliki korelasi dengan penyakit autoimun, misalkan ketika seorang wanita hamil, melahirkan anak, atau ketika mengalami menopause.
4. Infeksi
Umumnya, penyakit autoimun sering dikaitkan dengan terjadinya gejala infeksi. Hal tersebut dianggap wajar karena gejala penyakit autoimun sebagian besar, diperburuk oleh infeksi tertentu.
Kategori Penyakit Autoimun
1. Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan beragam gejala, seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.
2. Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa kehilangan berat badan tanpa alasan yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia, dan gelisah.
3. Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan kulit yang bersisik dan munculnya bercak merah pada kulit.
4. Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi nyeri, mati rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.
5. Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat menderita myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas bernapas, dan kesulitan menelan.
6. Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa sebab yang jelas, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan kesulitan berkonsentrasi.
7. Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.
8. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak.
9. Sindrom Guillain Barre
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya semakin parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan.
10. Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.
11. Ankylosing spondilitis
Penyakit ankylosing spondilitis biasanya lebih sering menyerang pria di usia muda. Gejala awalnya yaitu sakit pinggang terutama di pagi hari dan akan membaik setelah melakukan aktivitas fisik. Namun jika tidak segera diobati kondisi ini membuat ruas tulang belakang menyatu seperti bambu. Akibatnya, tulang menjadi kaku sehingga mengalami kesulitan untuk membungkuk.
12. Skleroderma
Di awal kemunculannya skeloderma biasanya ditandai dengan pengerasan dan penebalan pada kulit. Akibatnya, kulit menjadi lebih kencang dan mengkilat. Selain itu, gejala lainnya yang kerap muncul yaitu perubahan warna kulit saat cuaca dingin. Ketika kondisinya berlanjut, lama-lama jaringan parut pada organ tubuh seperti paru dan ginjal akan muncul. Akibatnya, kegagalan fungsi organ tak bisa dihindarkan.
13. Sjorgen syndroma
Penyakit autoimun ini biasanya ditandai dengan gejala seperti badan lemas, nyeri sendi, serta mata dan mulut yang kering. Jika tidak ditangani, sjorgen syndroma bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan gigi serta organ lainnya seperti ginjal dan paru.
Komplikasi Autoimun
1. Penyakit jantung
2. Depresi atau gangguan kecemasan
3. Kerusakan saraf
4. Deep vein thrombosis
5. Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal
Cara Mencegah Autoimun
Belum diketahui cara mencegah penyakit autoimun sepenuhnya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit autoimun.
1. Berolahraga secara rutin
2. Tidak merokok
3. Menjaga berat badan tetap ideal
4. Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari paparan bahan kimia
5. Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar infeksi virus dan bakteri
Hubungan Penyakit Autoimun dan Covid-19
Penderita penyakit autoimun umumnya akan mengonsumsi obat yang memiliki efek untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita penyakit autoimun lebih rentan terkena infeksi, termasuk Covid-19. Jika penderita autoimun terkena Covid-19, jangan panik dan segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
Tetap patuhi protokol kesehatan 5M seperti memakai masker, mencuci tangan pakai sabun lalu dibilas air bersih yang mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Jangan sampai bosan menerapkan prokes karena pandemi ini belum selesai.