Puncak ASEAN Panji Festival Kenalkan Seni Topeng 9 Negara
Puncak ASEAN Panji Festival 2023 yang digelar di Balai Kota Surakarta, Kamis malam 26 Oktober 2023, berlangsung meriah. Dihadiri ribuan penonton. Di antara pengunjung ada yang mengenakan pakaian adat Jawa, berkebaya, batik, lurik, dan blangkon.
Penonton disuguhi kolaborasi seniman Surakarta dengan delapan negara ASEAN, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam lewat Cerita Panji dalam Lakon "Panji Semirang''. Cerita ini mengisahkan tentang lika-liku percintaan, pengembaraan, perjuangan, dan persatuan antara Raden Panji Asmarabangun atau Raden Panji Inu Kertapati. Ia adalah putra mahkota Kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri.
Masing-masing negara secara bergantian memainkan adegan demi adegan yang menjadi satu cerita utuh. Delegasi Laos menjadi yang paling pertama tampil. Disusul oleh delegasi Kamboja, Myanmar, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Singapura.
Satu per satu negara menyajikan pertunjukan dengan ciri khas masing-masing, mulai dari tarian, musik, riasan wajah, hingga kostum yang mereka kenakan. Selama pertunjukan berlangsung, penonton sangat antusias mengikuti jalannya cerita. Mereka tak beranjak hingga pertunjukan berakhir.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengatakan, “Pada tanggal 7 sampai 25 Oktober, kita telah menyaksikan pertunjukan kolaborasi Panji dari sembilan negara yang memesona, seni yang menakjubkan, dan pertukaran budaya yang tak ternilai. ASEAN Panji Festival adalah refleksi dari warisan panjang dan beragam yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN, dan kesempatan bagi kita semua untuk merayakan kekayaan tersebut.”
Irini menyampaikan bahwa ASEAN Panji Festival tidak hanya merupakan wadah bagi negara-negara yang tergabung untuk berbagi keunikan budaya Panji yang dimiliki masing-masing, tetapi juga kesempatan bagi kita untuk menguatkan keterhubungan, pemahaman, dan perdamaian di antara kita. “Dalam masa-masa sulit seperti yang kita alami selama pandemi Covid-19, kita telah menyaksikan bagaimana kerja sama regional dapat menjadi alat yang kuat dalam menjawab tantangan bersama. Melalui festival ini, kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah satu ASEAN yang tangguh dan bersatu,” ujarnya.
Diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas, ASEAN Panji Festival digelar di lima kota secara berurutan, yaitu Yogyakarta, Kediri, Malang, Surabaya dan Pasuruan, serta Surakarta, yang berlangsung mulai tanggal 7 sampai 25 Oktober 2023.
Irini dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi ini, yaitu Pemerintah Daerah Yogyakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Kediri, Pemerintah Kota Malang, Pemerintah Kota Surakarta, ISI Yogyakarta, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, UNESA, serta seluruh seniman dari dalam maupun luar negeri yang terlibat dalam pertunjukan kolaborasi.
Workshop Topeng Panji
Keragaman turunan kisah Panji menjadi kekayaan budaya yang seharusnya tetap lestari. Peninggalannya tidak hanya berupa artefak yang tertuang dalam berbagai relief di candi-candi, tetapi juga beragam jenis kesenian. Salah satunya adalah topeng Panji yang berkembang di berbagai wilayah. Secara umum, topeng merupakan jenis kesenian yang telah dikenal oleh manusia Nusantara sejak masa prasejarah.
Satu hari sebelum acara puncak berlangsung, yakni tanggal 24 Oktober 2023, para delegasi diajak untuk ikut serta dalam kegiatan Workshop Melukis Topeng Panji di Balai Kota Surakarta. Diikuti oleh siswa-siswi 10 SMP di Kota Surakarta serta delegasi dari masing-masing negara, peserta diajarkan melukis topeng salah satu karakter dalam Cerita Panji, yaitu Klana Sewandana. Peserta dipandu oleh praktisi di bidangnya, Slamet Riyadi, pengrajin topeng dari Desa Bobung, Gunung Kidul. Tidak hanya itu, peserta juga mendapatkan tambahan ilmu mengenai sejarah Cerita Panji yang disampaikan oleh Sejarawan Heri Priyatmoko.
Workshop Topeng Panji diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta yang merupakan bagian dari upaya pelestarian Objek Pemajuan Kebudayaan. Hayunda Shazia, siswi SMP Negeri 1 Surakarta menyampaikan kegembiraannya yang bisa mengikuti workshop ini. “Lewat acara ini, saya bisa mengetahui cerita dan sejarah topeng Panji yang ternyata sangat menarik,” ujarnya.