Puluhan Warga Waduk Sepat Aksi di Depan Polda Jatim
Puluhan warga Dusun Sepat, Lidah Kulon, Lakarsantri, Surabaya menggelar aksi solidaritas di depan Mapolda Jawa Timur Jumat 27 Juli 2018. Aksi ini sebagai bentuk dukungan untuk keempat rekannya yang menjalani pemeriksaan di Polda Jatim terkait kasus penyerobotan lahan Waduk Sepat.
Keempat warga tersebut adalah Darno, Suherna, Rokim, dan Dian Purnomo. Mereka dilaporkan oleh PT Ciputra Surya terkait kasus memasuki pekarangan orang lain tanpa izin dan melakukan pengrusakan barang milik orang lain secara bersama-sama.
Dian Purnomo, koordinator aksi mengatakan aksi ini merupakan bentuk dukungan warga terhadap warga mereka yang saat ini tengah menjalani pemeriksaan di Polda Jatim.
"Kami kesini mendukung moral kepada warga yang melakukan pemeriksaan karena laporan yang dilakukan oleh PT Ciputra Surya," kata Dian.
Dian pun menyampaikan, pemanggilan inu dirasa sebagai bentuk tindak kriminalisasi perjuangan warga Sepat yang menolak rencana perubahan waduk menjadi perumahan oleh Ciputra Surya.
"Sebetulnya kami melakukan penyelamatan saat itu, air yg keluar sangat deras pasti kering dalam semalam, dan pasti besoknya waduk itu akan diuruk tanah untuk dibangun perumahan. Maka dari itu kami diduga melakukan penyerobotan lahan dan pengrusakan," ujarnya.
Sebelumnya, PT. Ciputra dikabarkan akan membangun perumahan di lahan Waduk Sepat. Namun, warga menolaknya karena hal tersebut dinilai justru akan merusak lingkungan. Aksi ini memang sudah dilakukan sejak lama yakni sejak tahun 2008. Namun Dian mengaku belum pernah mendapat respon dari Pemerintah Kota Surabaya. Dian menyayangkan saat menggelar puluhan aksi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tidak pernah menemui dan mencari jalan bersama-sama warga.
"Selama ini tentu tidak pernah merespon keinginan kami. Pemkot hanya mengambil enaknya saja puluhan kali kita sudah beraksi di sana tapi tidak pernah Walikota keluar, kira-kira sudah 10 tahun," lanjutnya.
Dian menceritakan, dari beberapa hal yang dilakukan PT. Ciputra ada beberapa kejanggalan. Misalnya saja warga melihat berbagai upaya yang dilakukan PT. Ciputra untuk merusak waduk.
Pernah saat warga sedang salat tarawih mendengar ada suara air deras yang menyerupai banjir meskipun diketahui tidak sedang hujan. Selain itu, debit air yang mengalir di selokan yang terhubung dengan waduk terlihat sangat deras.
Warga curiga oknum tersebut melakukan upaya pengeringan waduk. Akhirnya warga berupaya agar waduk tetap utuh dan tidak kering.
"Waktu itu tidak ada hujan dan tidak ada apa-apa, air yang keluar dari waduk itu sudah sangat deras. Nah kalau itu dibiarkan semalam saja pasti sudah kering waduk itu. Karena apa air yang keluar dari Waduk itu sangat deras sekali semalam saja pasti sudah kering waduk itu," ungkapnya. (hrs/amr)
Advertisement