Puluhan Warga Bogor Terjangkiti Penyakit Chikungunya
Penyakit chikungunya melanda warga di desa Pasarean, Kecamatan Pamijahan, Bogor. Hingga saat ini data Dinas Kesehatan Bogor mencatat ada 80 warga yang terjangkiti chikungunya.
"Iya, sejak bulan Mei 30 orang, terus bulan Juni 33 ini nambah lagi 17 sekarang. Jadi, total yang terjangkit sebanyak 80 orang warga Bogor," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular (P2M) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Agus Fauzi, Selasa, 9 Juli 2019.
Tambah Agus, maraknya penyakit yang disebabkan karena nyamuk Aedes Aegypti ini karena kebiasaan masyarakat setempat yang membuang sampah sembarangan.
Menurut Agus, pasien yang menderita chikungunya menampakkan gejala-gejala mirip demam berdarah dengan rata-rata usia penderita dimulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
"Sejak bulan Mei itu laporan Puskesmas kalau ada keluhan warga seperti nyeri sendi, panas, mual dan hampir sama seperti DBD," katanya.
Agus mengaku, perubahan iklim ditambah lagi lingkungan yang sangat kotor menjadi penyebab utama adanya penyakit tersebut. Sebagai contoh di Desa Pasarean itu, ada sampah plastik, kaleng sehingga pada musim hujan banyak genangan air tempat nyamuk bersarang.
"Kalau kita lihat lingkungan dan perilaku masyarakat kita belum sehat, tempat sampah numpuk, tempat kaleng-kaleng bekas, ada juga sumber air mampet jadi ada genangan air tempat nyamuk bersarang," katanya.
Pihak Dinkes pun belum sampai menetapkan Kasus Luar Biasa (KLB) meskipun jumlah yang terjangkit terus melonjak. Hanya saja, kata dia, saat ini puluhan pasien itu masih dalam pengobatan dan perawatan. Adapun langkah Dinkes dengan mengambil contoh darah pasien dan memeriksakannya di Laboratorium Departemen Kesehatan.
"Belum KLB hanya peningkatan kasus waspada saja, kita bilang masih suspect karena kan kalau untuk Chikungunya itu ada diagnosa pastinya harus pemeriksaan lab khusus dan hari ini baru koordinasi dengan pusat di Jakarta lagi ngambil sample darahnya," ujarnya.
Agus mengingatkan warga agar mewaspadai virus tersebut dengan cara melakukan bersih-bersih lingkungan dan menjaga kondisi lingkungan kering.
"Fogging sudah dan mendirikan posko, kemudian tinggal masyarakatnya yang harus menjaga lingkungan agar tidak ada genangan air, bisa dengan menguras, menutup, dan menguburnya," katanya. (ant/wit)
Advertisement