Puluhan Petani Demo Tolak Agroforestry Tebu Mandiri di Mojokerto
Puluhan warga di Kabupaten Mojokerto melakukan aksi unjuk rasa, Selasa 24 Oktober 2023. Mereka menolak lahan milik Perhutani KPH Mojokerto, seluas 180 hektare yang hendak ditanami tebu oleh pihak Perhutani.
Selain melakukan unjuk rasa, warga yang tergabung dalam Koalisi Petani Mojokerto Menggugat (KPMM) tersebut juga berorasi dan membentangkan spanduk di depan kantor Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto di Jalan HOS Cokro Aminoto Kota Mojokerto.
Penolakan dilakukan, karena rencana penanaman tebu di areal yang selama ini menjadi penyangga bagi para petani. "Petani mau diusir, sudah ada alat beratnya. Ada (perubahan tanaman) kawan-kawan petani yang selama ini merawat kayu putih serta menanami jagung dan lain-lain dikumpulkan mau ditanam tebu ini diusir semuanya," kata Koordinator Aksi Mohammad Trijanto, kepada wartawan.
Unjuk rasa yang dimulai sekitar pukul 9.30 WIB itu membuahkan hasil. Pihak Perhutani pun menunda pengalihan pengelolaan lahan yang bakal dijadikan Agroforestry Tebu Mandiri. Hal itu disampaikan pihak Perhutani KPH Mojokerto saat menemui para demonstran. "Tadi ada kesepakatan tidak ada pengusiran, untuk ke depan masyarakatnya tetap menanam," ujar koordinator aksi ujuk rasa.
Menanggapi protes yang disampaikan puluhan petani, ADM Perum Perhutani KPH Mojokerto Adrian Hidayat, menyebut terjadinya miskomunikasi antara para petani dengan pihaknya.
"Sebenarnya ada pemahaman yang keliru, bukan kami mengambil lahan. Mereka merasa lahannya diambil, padahal tidak. Intinya tebu ini adalah pengalihan komoditi, dari yang kemarin jagung dan lain-lain itu kemudian kita coba ajak mereka untuk mengembangkan tebu," jelasnya.
Menurut Adrian, ATM (Agroforestry Tebu Mandiri) merupakan program pemerintah untuk memenuhi ketersediaan dan kebutuhan gula nasional. Demi mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2024.
"Sebenarnya itu tetap lahan kawasan hutan, cuma kemudian kebijakan pemerintah terkait dengan swasembada gula. Perhutani ikut dibebani untuk mengembangkan tebu untuk memasok pabrik," jelasnya.
Diketahui bahwa areal lahan perkebunan tebu di Jawa saat ini sudah berkurang. Untuk itu pemerintah mencari peluang kerja sama memanfaatkan lahan milik Perhutani yang cocok untuk tebu.
"Karena lahan di Jawa ini hampir sudah habis untuk lahan tebu yang sudah ada. Sehingga kita dibebani kurang lebih 12 ribuan hektare di Jawa. Kalau di wilayah Kecamatan Kemlagi insyaallah sekitar 180 hektare dari total 466 hektare," tegasnya.
Pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi terkait pengalihan komoditi tersebut melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Akibat miskomunikasi itu membuat konflik dengan para petani. Sehingga Agroforestry Tebu Mandiri yang harusnya ditargetkan selesai tahun 2023 ini harus molor.
"Harusnya tahun ini selesai, tapi karena kondisi masyarakat seperti ini kita akan membicarakan lagi. Nanti kita ulang lagi penjelasan kepada petani, karena kita mengembangkan pola kerja sama, tapi kalau tidak mau kerja sama Perhutani membiayai mereka menjadi tenaga kerja," ungkapnya.