Puluhan Ibu-ibu di Banyuwangi Mengaku Korban Investasi Bodong
Puluhan orang yang mengaku menjadi korban investasi bodong mendatangi Polresta Banyuwangi, Jumat, 17 September 2021. Mereka ingin mengadukan persoalan yang sedang mereka hadapi ke pihak berwajib. Mereka mengaku menderita rugi jutaan hingga puluhan juta rupiah. Mereka juga mengajak, Nurul Imamah, 30 tahun, warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, pengelola investasi bodong tersebut.
Para korban ini mengaku mulai mengikuti investasi bodong itu mulai tahun 2019 lalu. Ada beberapa model investasi yang ditawarkan pengelola yakni arisan indeks, arisan sekali bayar, tabungan Hari Raya (Tahara) dan lain sebagainya.
"Kalau kerugian saya tinggal sekitar Rp4 jutaan," jelas Niken Ayu, 22 tahun, salah seorang warga yang mengaku menjadi korban investasi bodong.
Perempuan warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini mengaku mulai curiga investasi bodong ini akan bermasalah pada bulan Oktober 2020 lalu. Saat itu dirinya mendapatkan arisan indeks.
"Waktu itu pembayarannya dicicil terus, tidak dibayar secara cash," jelasnya.
Sementara itu menurut korban yang lain, Triani Sulistyawati, 24 tahun, mengaku mengetahui investasi yang dikelola Nurul Imamah dari media sosial Facebook. Karena tertarik dia pun berkomunikasi dengan pengelola dan akhirnya menjadi member sejak tahun 2019.
Menurut warga Kelurahan Pengantigan, Banyuwangi ini, enam bulan yang lalu sebenarnya sudah ada kesepakatan antara para korban dengan pengelola. Saat itu pengelola yang selama ini dikenal memiliki usaha online shop sanggup menyelesaikan seluruh tanggungan dalam 6 bulan ke depan.
"Enam bulan lalu sudah buat kesepakatan. Nunggu laku sawah. Tadi ini katanya nunggu akhir bulan," tugasnya.
Jumlah peserta investasi bodong ini diperkirakan lebih dari seratus orang. Dengan total kerugian sekitar Rp500-600 juta.
"Total peserta seratus lebih, kebanyakan dari luar kota Banyuwangi," tegas Ayu, korban yang lain.
Sementara itu, Nurul Imamah mengakui arisan yang dikelolanya macet. Salah satu penyebabnya karena banyak member yang tidak membayar. Sehingga untuk membayar ke member yang lain ada kendala. Dirinya juga mengakui mengelola arisan indeks dan investasi. Dia mengakui total uang yang dikelolanya berkisar antara Rp500 sampai Rp600 juta.
"Yang sudah narik ada yang gak ada orangnya sehingga ada kendala dalam pembayarannya," jelasnya.
Namun demikian dirinya mengaku siap bertanggung jawab. Orang tuanya bersedia menjual sawah dari keluarga untuk mengembalikan uang para peserta tersebut. Nilai aset yang dijual itu setara dengan aset nilai kerugian member-nya.
"Cuma, aset yang diberi orang tua saya sampai saat ini belum laku. Asal tidak terburu-buru insya Allah terselesaikan," tegasnya.