Puluhan Hektare di 7 Kecamatan Sengon Diserang Ulat
Puluhan hektare areal tanaman sengon di tujuh kecamatan di Kabupaten Probolinggo diserang ulat.
Hama yang oleh petani disebut ulat es krim (kepompong mirip wadah es krim) itu menyerang tujuh kecamatan yakni, Banyuanyar, Gading, Tiris, Krucil, Pakuniran, Kotaanyar, Bantaran.
Para petani yang tergabung dalam Paguyuban Kayu Sengon Kabupaten Probolinggo mengaku resah dengan merebaknya serangan ulat es krim.
"Serangan ulat es krim jelas merugikan petani sengon. Sebagian batang sengon yang sudah agak besar langsung kami tebang," ujar Ketua Paguyuban Kayu Sengon Kabupaten Probolinggo, H Abdul Manap, Minggu, 3 Maret 2019.
Manap memperkirakan areal sengon yang terserang hama ulat sekitar 80 hektare. "Tanaman sengon yang terserang mudah dikenali, daunnya meranggas, batangnya kering," ujarnya.
Dikatakan serangan ulat es krim mulai terlihat sejak sekitar empat bulan terakhir atau akhir 2018 lalu. Selain menebang dini tanaman sengon, Manap menyarankan, petani berganti jenis tanaman untuk mengatasi serangan ulat.
"Petani sengon bisa beralih menanam pohon jabon atau balsa, yang dari segi ekonomis tidak kalah dibandingkan sengon," ujar Manap. Bahkan dari segi harga, jabon dan balsa lebih mahal dibandingkan sengon.
Sejumlah petani memilih tebang dini untuk batang sengon yang berukuran minimal bergaris tengah (diameter) 20 centimeter. "Batang sengon dengan diameter 20 centimeter sudah laku dijual meski sebenarnya belum optimal," ujar Andik, petani sengon di Kecamatan Tiris.
Aksi serupa juga dilakukan sejumlah petani sengon di Desa Liprak Kidul, Kecamatan Banyuanyar. "Sebelum batang pohon benar-benar mengering digerogoti ulat, ya lebih baik ditebang," ujar Syamsul, petani sengon.
Tanaman sengon biasa ditebang pada usia 5-7 tahun, tergantung tingkat kesuburan tanah. Namun akibat serangan ulat es krim, tanaman berusia 3-4 tahun pun terpaksa ditebang dini.
Tanaman sengon yang sudah terserang ulat, harga jualnya langsung anjlok. Tetapi petani tetap menebang dan menjualnya.
Syamsul mencontohkan, batang sengon sehat dengan diameter 80 centimeter harganya sekitar Rp 400 ribu per batang.
"Tetapi batang sengon yang terserang ulat dan kayunya mulai mengering hanya dihargai sekitar Rp 150 ribu per batang," ujarnya.
Para petani mengaku, menyerah terhadap serangan ulat yang hidupnya bergerombol itu. Soalnya, sampai sekarang belum ditemukan cara yang efektif membasmi ulat es krim.
Soal bandelnya ulat es krim pada sengon juga diakui Saiful Hasan, perangkat Desa Liprak Kidul.
"Ulat es krim ini lebih ganas dibandingkan ulat yang menyerang pohon jati atau pohon alpokat. Kalau ulat pohon jati atau ulat pohon alpokat hanya semusim," ujarnya. (isa)