Khetan Merdeka, Warung Ketan Legendaris dan Laris di Jombang
Waktu masih menunjukkan pukul 05.23 WIB. Belasan pembeli sudah memadati warung sederhana yang didominasi warna hijau tosca. Warung ini berjualan ketan. Sebagian besar pembeli bermasker. Ada pula yang tidak mengenakan penutup hidung.
Warung ketan yang sudah ada sejak 1960 ini mampu menyihir pembeli hingga rela mengantre. Mulai dari yang muda hingga tua. Lima penjual pun sibuk melayani dan menyiapkan pesanan. Lokasinya yang strategis di Jalan Gusdur No 29, Candi Mulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, membuat warung ketan legendaris ini mudah dijangkau.
Ngopibareng.id berkesempatan mencicipi seporsi ketan campur yang dibanderol Rp 6000. Pada sendok pertama ketan hitam dan putih terasa lembut dan pulen di mulut. Parutan kelapa terasa manis sekaligus gurih di lidah. Ketan semakin terasa nikmat dengan paduan bubuk kedelai dan bubuk poyah. Segelas susu putih hangat menjadi pelengkap ketan yang pas.
“Warung ini sudah ada sejak tahun 1960, dulunya berupa gedhek. Sebelum jualan ketan, di sini terkenal getuk. Karena singkong saat itu mulai langka, mbah saya (Mbah Wage) akhirnya beralih ke ketan. Resepnya masih dipertahankan sama sejak dulu,” kata Sri Utami, penjual ketan yang merupakan generasi kedua pada Minggu, 13 September 2020.
Didampingi putri pertamanya, Dian Revita, sambil leyeh-leyeh, wanita berkerudung oranye itu menyebut, setiap harinya ketan selalu banjir pengunjung. Terutama akhir pekan. Terkadang pada pukul 05.30 WIB pelanggan harus rela kembali dengan tangan hampa. Ketan sudah ludes terjual.
Sejak 60 tahun silam warung ketan ini buka setiap habis subuh hingga pukul 07.00 WIB. Biasanya Utami mulai menyiapkan bahan yang diperlukan sejak Sore hari. Pada pukul 01.00 hingga 03.00 WIB ibu dua anak itu lantas memasak ketan. Pukul 03.30 WIB ketan pun matang dan siap dipasarkan.
“Saya biasanya dibantu ketiga adik ipar dan anak pertama saya saat berjualan. Per hari bisa menghabiskan 25 kilogram ketan hitam dan putih, 15-20 biji kelapa tua, serta 1.5 kilogram kedelai” beber Utami.
Sementara, kendati ada pandemi dan sempat pula tutup, namun atas desakan pelanggan Utami tak kuasa menutup warung dalam waktu lama. Setelah satu minggu ditutup, warung kembali dibuka pada Maret 2020 oleh wanita yang akrab disapa Bu Jali itu. Ketan selalu laris dan tidak terpengaruh pandemi.
Nama Warung Dilabeli Pelanggan Setia
Ada yang unik dari pemberian nama warung ketan legendaris ini. Nama warung diberikan oleh pelanggan setia ketan yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Tepatnya pada tahun 1970.
Pelanggan tersebut lantas menempelkan sticker bertuliskan Khetan Merdeka. Pada saat itu, jalan raya tempat warung ketan bertengger masih bernama Jalan Merdeka. Ternyata warung ketan ini membuat pelanggan tersebut terkesan dan bernostalgia.
“Dulu kami tidak ada namanya, cuma ada tulisan warung. Pada tahun 1970 ada pelanggan setia dari Blitar menempelkan tulisan Khetan Merdeka. Katanya dia sudah menyatu dengan warung ini. Selain memberi kenangan pada pelanggan itu, kata dia biar warung ini mudah dicari,” kata perempuan berusia 63 tahun itu .
Tak heran, rupanya sejak saat itu pelanggan bertambah banyak. Bahkan hingga luar kota, seperti Surabaya, Blitar dan Malang.
Ketan Langganan Pejabat dan Santri Pondok
Selain terkenal di luar kota, pulennya ketan cocok di lidah warga sekitar. Terutama pejabat di Jombang serta santri beberapa pondok besar di Jombang.
Di antaranya Bupati Jombang periode sebelumnya, Nyono Suharli dan Bupati Jombang periode sekarang Mundjidah Wahab. Untuk pondok pesantren, Utami mengaku pernah mendapat pesanan hingga 800 porsi ketan.
“Kalau ada tamu, bupati Jombang sering bungkus ketan. Santri pondok Denanyar, Tambak Beras, Darul Ulum dan Tebuireng juga sering pesan. Kami sendiri sering menerima order hajatan bisa sampai 400 bungkus,” tutupnya.
Ketan Paling Enak di Jawa Timur
Lani Aryani, pelanggan setia warung sejak tahun 1984 mengatakan ketan milik Utami ini memang dianggap spesial. Bagi Lani ketan memiliki rasa yang khas dan paling enak di wilayah Jawa Timur. Yang membuat Lani tertarik adalah bumbu poyah yang tidak ditemukan di daerah lain.
“Dulu ini gubuknya masih reot. Saya suka di sini karena bumbu poyahnya. Saya pernah mencoba di Malang dan Jember. Katanya ketannya enak dan legenda, tapi bagi saya nggak ada apa-apanya dibanding ketan ini. Ini terenak se Jawa Timur,” tegas Lani.
Senada dengan Lani, pelanggan yang lain bernama Iwan memberikan respon positif serupa. Iwan yang berlangganan sejak 40 tahun silam itu betah berlama-lama kongko di warung ketan karena pelayanannya prima.
“Di sini enak ya bersih, pelayanannya cepat dan bayarnya boleh hutang dulu. Saya paling suka makan ketan campur dibarengi jahe. Biasanya saya ke sini ngajak teman buat nongkrong,” kata mantan kepala dinas penerangan di wilayah Jombang itu.
Advertisement