Puisi untuk Gus Dur, Renungan Estetik Ulama Pesantren
Pada Senin, 30 Desember 2019 03:13 WIB di Ciganjur, Jakarta Selatan, KH Husein Muhammad membaca Puisi untuk Gus Dur, di depan publik. "Tiap tanggal 30 Desember aku selalu ingin membacanya lagi," kisahnya.
Guna menyelami pengalaman estetik tentang Gus Dur, berikut renungan puitik Pengasuh Pondok Pesantren Dar el-Quran Arjawinangun, Cirebon yang dikenal sebagai sahabat Gus Dur ini.
فِى يَومِ رحلة غُوسْ دُورْ
قُلْتُ لَاحباءه :
كَيْفَ لَا يَطِيرُ البُلْبُلْ
وَيُمَزِّقُ اَلْفَ حِجَابٍ
عِنْدَمَا نَادَاهُ الْحَبِيْبُ : إِرْجِعِى
Pada hari Gus Dur pulang, aku katakan kepada mereka :
“Mana mungkin Bulbul tak terbang pulang,
Merobek seribu tirai penghalang
Ketika diseru sang Kekasih : “Irji’i”.
Pulanglah ke dalam dekapan-Ku
يَا مَنْ أَنْتَ فِى سَاعَةِ الْاَلَمِ رَاحَةٌ فِى نَفْسِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى مَرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوحِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى ظُلْمَةِ الْجَهْلِ نُورٌ فِى قلبى
Duhai dikau, yang ketika aku dirundung duka-nestapa
Adalah Pelipur jiwaku
Duhai, dikau, yang ketika aku dihimpit pahitnya kepapaan
Adalah perbendaharaan ruhku
Duhai dikau, yang ketika aku ditelikung kegelapan
Adalah Cahaya hatiku
مَا مَضَى فَاتَ وَالْمُؤَمَّلُ غَيْبٌ
وَلَكَ السَّاعَةُ الَّتِى أَنْتَ فِيهَا
وَلَنْ نَسْمَع الْبُلْبُل تُغَرِّدُ حُلْواً
يَحْكِى سِيرَتَهُ وَغَرَابَتَهُ
Kemarin telah lewat
Dan masa depan adalah kegaiban
Engkau kini sudah di sana
Istirah di taman bunga warna warni yang indah
Dan aku di sini tak kan lagi mendengar
Kicau merdu Bulbul
Bercerita pengembaraan dan keasingannya
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ هيهاتلَا يَأْتِى الزَّمَانُ بِمِثْلِهِإِنَّ الزَّمَانَ بِمِثْلِهِ لَبَخِيلُ
Alangkah jauhnya,
O, alangkah jauhnya
Hari ini tak lagi seperti kemarin
Betapa pelitnya zaman
Memberi hari ini seperti hari kemarin
مَضَى الزَّمَانُ فَكُلُّ فَانٍ ذَاهِبٌ
إِلَّا جَمِيلَ الذِّكْرِ فَهُو الْبَاقِى
Hari-hari telah pergi satu satu
Segala yang tak kekal hilang lenyap
Hanya sebutan yang indahlahy
ang terus mengalir abadi
طُوبَى للغرباء الْمُخْلِصِيْنَ
الَّذِيْنَ إِذَا حَضَرُوا لَمْ يُعْرَفُوا
وَإذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا
أُولَئِكَ مَصَابِيْحُ الْهُدَى
تَنْجَلِى بِهِمْ كُلُّ فِتْنَةٍ ظَلْمَآء
وانت يا سيدى يا حبيبى يا فؤادى
الشيخ عبد الرحمن بن عبد الواحدابن هاشم (غوس دور)
من هؤلاء
Aduhai, betapa damai jiwa-jiwa yang tulus dan yang asingketika hadir tak dikenal, tak dipahamiketika pergi dicari-carimerekalah kandil-kandil yang bersinar cemerlangberkat merekawajah-wajah buram-kusam-masamtampak benderangDan engkau, O. Kekasihku, hatiku,Gus Dur,Adalah mereka
يَا حَبِيبَ الرُّوح قُلُوبُ وِدَادِكُمْ تَشْتَاُق
وَاِلَى لَذِيذِ لِقَآءِكُمْ تَرْتَاحُ
يُبَلَّغُونَ السَّلَامَ عَلَيكُمُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَةَ رَبِّكُمُ لكم
Duhai kekasih ruhku
Para pencintamu merinduimu
Kelezatan berjumpamu
Menitipkan rasa damai
Mereka menyampaikan salam untukmu
Dan mengharap rengkuhan Kasih Tuhan bagimu
Di manakah engkau?
Gus Dur menjawab :
يَا مَنْ تَبْحَثُ عَنْ مَرْقَدِنَا
قَبْرُنَا هَذَا فِى صُدُورِ العَارِفِينَ
وَقُلُوبِ الْمَجْرُوحِين والمُسْتَضْعَفِينَ
فاحبوهم يحبكم الله ويحبوكم
Duhai kalian yang mencari tempat istirahku
O, lihatlah,
Aku di dalam palung jiwa para bijakbestari
Dan mereka yang hatinya terluka
dan yang disingkirkan
Cintailah mereka
Tuhan mencintaimu
Dan mereka pun mencintaimu
Airport Amritsar, India.
Hidup, Sebuah Perjalanan Singkat
Pagi ini, 29 Desember 2024, masih di Qadian, saat sarapan, aku satu meja dengan teman seusia, di atas 71. Kami berbincang. Lalu aku bertanya : apa saja yang anda lakukan dalam hari-hari yang dijalani kini dan esok?. Ia tersenyum dan hanya menjawab singkat : "terserah Tuhan". Wouw. Jawaban spontan yang indah.
Lalu aku ingat, pernah merenung lalu menulis ini :
Hidup adalah sebuah perjalanan singkat. Tak ada seorang pun yang tahu dengan pasti kapan berhenti dan di mana berakhir. Manusia akan menempuhnya sendiri-sendiri dan menanggung nasibnya masing-masing. Ia datang sendiri lalu pulang sendiri lagi. Tanpa kehendak kita.
Aku membaca tulisan seseorang. Tak tahu siapa namanya.
الحياة رحلة سنعيشها شئنا أم أبينا ، وهي ليست مضمار سباق ، فالأقدار قد كتبت ، والأعمار حُددت ، والأرزاق محسوبه ، إذاً فلنمضي في رحلتنا مطمئنين ، وبأقدارنا راضين ، ونتعايش معها شاكرين ، حامدين ، لأن الحياة ألم يخفيه أمل ، وأمل يحققه عمل ، وعمل ينهيه أجل ، نسأل الله عيشة هنية ، وميتة سوية ، ومردّاً غير مخز ولا فاضح .
Hidup adalah sebuah perjalanan. Kita akan menempuhnya, mau tidak mau. Dan ia bukan bagai sirkuit. Tempat ia pulang adalah tempat ia berangkat. Nasib kita memang sudah tertulis. Usia kita terbatas. Rizki pun sudah ada hitungannya.
Maka jalanilah hidupmu dengan tenang. Pasrahkan kepada-Nya. Kita jalani hidup dengan bersyukur dan memuji Tuhan.
Hidup itu melelahkan tetapi ia menyimpan harapan indah. Dan harapan itu akan terwujud melalui usaha keras. Tetapi aktifitas itu akan berhenti.
Semoga hidup kita indah dan pulang dalam damai. Amiin.
Repost, 30.12.2024 (KH Husein Muhammad)
Advertisement