Puisi Sukmawati, Penyair Ahmadun: Itu Jenis Puisi Kritik tapi Sembrono
Penyair Ahmadun Yosi Herfanda menilai, puisi yang dibawakan Sukmawati Soekarnoputri memang merupakan jenis puisi kritik perbandingan. Namun perbandingan yang dilakukan Sukmawati Soekarnoputri ini sangat tidak wajar dan sembrono.
"Perbandingan antara tradisi budaya (kidung) dan agama (adzan) yang dilakukan Bu Sukma ini tentu bukan kewajaran, melainkan kesembronoan," kata Ahmadun, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa (3/4/2018).
Sastrawan Internasional yang terkenal dengan penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) ini menjelaskan, simbolisasi "Ibu Indonesia" dalam puisi Sukmawati Soekarnoputri tersebut sangat kurang pas mengingat bahwa dalam puisinya imaji mengenai "Ibu Indonesia" dipersempit yaitu terbatas pada gambaran wilayah Jawa saja.
"Ibu Indonesia itu kan multi-kultur, coba kita simak sejarah dan tradisi para perempuan pejuang Indonesia dari Sabang sampai Meraku? Apakah tampilan pejuang perempuan kita, seperti Tjut Nya Dien (Aceh), Hj. R. Rasuna Said (Jawa), Opu Daeng Risodju (Sulawesi Selatan), dan lain-lain, berkonde?
“Keseharian Tjut Nyak Dien dan Opu Risadju berkerudung. Begitu juga Hj. Rasuna Said. Berkerudung. Apakah mereka bukan ibu Indonesia?
“Jelas, mereka juga ibu Indonesia. Jadi, tampilan perempuan berkonde, atau perempuan yang membuarkan rambutnya terurai, hanyalah tampilan sebagian perempuan Indonesia. Jadi, lagi-lagi, Sukmawati juga perlu belajar tentang realitas Ibu Indonesia yang bhineka itu. Jangan hanya terpesona pada konde, atau rambut yang terurai," papar A.Y. Herfanda.
Menurutnya, puisi yang dikarang dan dipersembahkan Sukmawati Soekarnoputri pada Minggu (1/4) di Indonesian Fashion Week telah melanggar rambu-rambu puisi. "Tentu dalam menulis puisi, juga menulis genre sastra yang lain, selalu ada etika, salah satunya tidak boleh menyulut sentimen suku, agama, dan ras (SARA), jadi yang dilakukan Bu Sukma ini jelas melanggar rambu-rambu dasar yang patut nya ditaati," ujar Ahmadun Yosi Herfanda.
Dalam kasus ini, Ahmadun mengharap Sukmawati Soekarnoputri untuk dapat lebih berhati-hati lagi dalam melakukan kritik atau perbandingan, jangan sampai maksud baik justru mengundang perpecahan yang tidak perlu.
"Pahami masalah secara benar sebelum menulis puisi, agar dapat memilih ungkapan-ungkapan yang lebih pas. Jangan sampai maksudnya baik malah mengundang kemudharatan atau perpecahan yang tidak perlu," imbuhnya. (adi)
Berikut ini puisi lengkap Sukmawati:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Puisi karangan Sukmawati Soekarnoputri, “Ibu Indonesia” mendapat reaksi keras dari publik, khususnya warganet. Mereka menilai, patut diduga Sukmawati telah berusaha melecehkan ajaran-ajaran Islam. Puisi berjudul Ibu Indonesia itu dinilai akibat ketidaktahuan Sukmawati tentang Syariat Islam.
Bahkan diduga, puisi yang dibacakannya di acara Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Kamis lalu itu mengandung unsur SARA yang menyakiti umat Muslim di tanah air. (adi)
Advertisement