Puisi Berkubang Kopi
Coffee shop makin banyak. Kedai kopi terus bertumbuh dan menuju sangat banyak. Warung kopi mbleduk. Mbleduk itu bahasa jawa. Ungkapan dalam bahasa Jawa yang sering terdengar dan digunakan penuturnya di beberapa wilayah pinggiran Blitar, Tulungagung, Kediri, dan sekitarnya.
Asal kata mbleduk itu adalah bleduk. Bukan bledug anak gajah lho ya, apalagi bedug. Kalau bedug mah ada banyak di masjid-masjid. Bleduk yang ini adalah bleduk yang berarti debu, dalam bahasa Indonesia.
Bleduk menjadi mbleduk adalah sebagai ungkapan penyangatan. Kata tunggal menjadi kata jamak. Artinya adalah sangat banyak, malah memungkinkan lebih dari sangat banyak. Sangat banyak itu kalau ditulis dan dilafalkan secara sederhana kira-kira seperti ini: buanyakkkkk.
Mbleduk dalam kata "warung kopine mbleduk" pasti mengacunya pada jumlah warung kopi yang banyaknya seperti sekumpulan partikel debu di udara. Warkop alias warung kopi karena sedemikian banyaknya, karena susah menghitung jumlah statistiknya, ungkapan penyangatan bahasa jawa ini rasanya cocok disematkan untuk mengidentifikasi kuantitasnya.
Dramawan Akhudiat, pada banyak kesempatan diskusi-diskusi kebudayaan, sering melontarkan satire bahwa Indonesia ini adalah negara Ruko. Akhudiat melihat pembangunan ruko-ruko yang berorientasi binis demikian dahsyatnya. Di setiap sudut, di setiap jalan, di setiap ada lahan kosong. Berbading terbalik dengan pembangunan gedung-gedung kesenian dan kebudayaan. Babar blas, tidak ada sama sekali.
Boleh jadi (coba nanti kita wawancara ulang, red) Bang Diat, begitu Akhudiat biasa disapa, melihat fenomena warkop yang mbleduk ini, juga akan menyatakan bahwa Indonesia ini selain negara ruko aslinya juga negara warkop.
Satire-nya, negara hanya mampu berkutat antara ruko dan warkop. Surabaya miniatur kecilnya, hanya punya tempat berkesenian dan melakoni aktivitas kebudayaan Balai Pemuda, itupun tinggal menunggu detik-detik dirobohkan dan digusur.
Dunia Kopi memang sedang sangat fenomenal. Membahana begitu cetar. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya bahkan sejak Indonesia diketahui memiliki kopi berkualitas yang begitu diincar dunia sekalipun. Fenomena ini mampu juga menggeret bertumbuhnya aktivas lain yang diletupkan oleh kopi. Termasuk di dalamnya aktivitas seni. Beberapa film kopi sudah dibesut dan laris manis dipasaran. Disukai para anak muda, ditonton berjubel orang.
Beberapa antologi puisi bernafaskan kopi diterbitkan, dan banyak diuber para penikmat puisi. Toko-toko buku cepat kosong. Cerpen Filosofi Kopi punya Dee Lestari bahkan sudah berkali cetak ulang, dan selalo sold out. Itu belum termasuk yang bajakan-bajakan, juga larisnya seperti kacang goreng. Penyair top Jogjakarta, Joko Pinurbo, juga banyak mencipta puisi kopi dan pembacaanya di atas panggung selalu ditunggu oleh banyak kalangan.
Tak ketinggalan, ngobareng.id pun menyusur up-nya dunia kopi. Konten dan rubrikasinya nyaris semua bernama ngopi. Kantor redaksi disulap seperti kedai kopi, malah komplit dengan area lesehan yang bisa berfungsi ganda, yaa untuk mengetik berita para wartawan yaa untuk ngopi.
Pagi ini pun misalnya, ngopibareng.id sudah siap dengan sebuah puisi. Judulnya: Puisi Berkubang Kopi. Memang tidak sedahsyat pernyair-penyair yang sudah beken, namun minimal puisi ini bisa dinikmati sembari ngopi dan membaca berita pagi.
:Puisi Berkubang Kopi
Sugeng enjang. Selamat pagi. Gutmorning. Assalamualaikum. Selamat ngopi. Monggo ngopi. Ngopi dulu. Ayo ngopi. Selalu ngopi. Sehat dengan kopi. Sueger dengan kopi. Cinta kopi. Kopi enak. Enak ngopi. Wis pokoke ngopi. Madengke pikir dengan kopi. Sanadyan mung sak cangkir iso madangke pikir. Mari bersenandung kopi dengan ngopibareng.id. Dalam secangkir kopi ada sejuta solusi. Ngopi sik dab ben ra salah paham. Ngopi sik rek ben gak paham salah. Ada kopi. Ini kopi. Butuh kopi. Rindu kopi. Mendem kopi. Wis pokoke ngopi. Kopi murni. Si Murni cantik dengan kopi. Kopi giling. Giling kopi. Kopi itu pahit. Kopi itu apa adanya alias bugil. Bugil warung kopi. Budi itu yang punya warkop bugil. Komedi kopi. Kopi Mukidi. Kopi Mbak Erna. Cerita kopi. Gurindam kopi. Emakkk aku gawekno kopi. Honey sayang mana kopi Papa. Durung mblonjo njaluk kopi. Tak siram kopi raimu cuk. Tak kapyuk kopi matamu kapok kien. Kopi nusantara. Kopi Endonesa. Kopi beda dengan teh. Ini teh, kopi. Kopi susu. Susu dan kopi. Asu cuk aku durung ngopi. Matamu suwek, iku lho warung kopine. Kopi jagung. Kopi beras. Kopi campur karak. Kopi ijo. Kopi ijo campur kacang ijo. Kopi ra enak. Kopi campur klopo. Kopi embuh. Kopi hitam. Gambar kopi. Nggambar kopi. Seduh kopi. Brewing kopi. SPA kopi. Foto kopi. Kopi kecut. Kopi legi. Kelilipan kopi. Ndeplok kopi. Sangrai kopi. Roasting kopi. Demen kopi. Sueneng ngopi. Kopa giras. Kopi girli. Kopi omahan. Kopi dalam kedai. Kopi copi. Kopi tenan. Kopi angel golekane. Kopi jahe. Kopi apulaga. Kopi rempah. Kopi lanang. Kopi bikinan mbah wedok.
Ya Gusti Allahhhh... banyak nian kopi yang Kau tunjukkan padaku. Lalu... kapan aku ngopinya?#
Advertisement