Puasa Ramadhan Membawa Kejutan-kejutan
oleh: Imam Shamsi Ali
Tidak diingkari bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan yang penuh dengan kejutan-kejutan (surprises). Dalam bahasa agama kejutan-kejutan ini dikenal dengan “ mu’jizaat” atau kemukjizatan.
Karenanya tidak berlebihan jika saya juga menamai bulan ini sebagai “Syahrul mu’jizah” (bulan kemukjizatan).
Mukjizat adalah peristiwa-peristiwa terjadi yang berada di luar jangkauan pikiran biasa manusia. Saya tidak mengatakan bahwa mukjizat itu logis atau rasional. Karena peristiwa-peristiwa mukjizah bukan tidak rasional atau logis. Hanya saja manusia tidak mampu memahami detailnya secara akal.
Mukjizat-mukjizat itu secara global sangat rasional. Kenapa? Karena logika yang benar adalah logika yang memahami “qadarullah” (kekuatan Allah) sebagai kekuatan yang tanpa batas.
Selama sebuah peristiwa itu dikaitkan dengan kuasa Allah, maka apapun bentuknya itu adalah logis. Meragukannya justeru tidak rasional dan tidak logis karena jelas bertentangan dengan tabiat Kekuasaan itu.
Di bulan Ramadhan ini sungguh banyak peristiwa-peristiwa terjadi yang berada di luar kemampuan akal manusia memahaminya. Beberapa contoh di bawah ini menyimpulkan jika memang Ramadhan adalah bulan kemukjizatan.
Perang Badr adalah perang pertama yang terjadi dalam sejarah perjalanan umat ini. Perang ini sesungguhnya menentukan wajah perjalanan dakwah Rasul. Perang ini terjadi di bulan Ramadhan.
Perang Badr dapat dikatakan satu dari kejutan-kejutan itu. Betapa tidak, secara akal biasa manusia susah untuk dipahami arahnya. Bagaimana mungkin dimenangkan oleh pasukan Islam? Selain jumlah yang tidak berbanding, juga mereka dalam keadaan puasa. Apalagi perang ini terjadi di musim panas yang dahsyat.
Perang Badr itu komposisinya adalah pasukan Muslim hanya 303 melawan kekuatan musuh kafir Quraysh sebesar 1.000 lebih tentara. Artinya jumlah musuh tiga kali lipat dibanding jumlah pasukan orang-orang yang beriman.
Secara peralatan perang mereka jauh lebih unggul. Pasukan Rasulullah SAW hanya memiliki dua ekor kuda. Sementara lawannya memiliki seratus pasukan berkuda. Pasukan berkuda ketika itu merupakan pasukan elite. Kuda adalah alat perang yang paling canggih.
Dengan kenyataan itu, hasilnya di luar kemampuan akal manusia memahaminya. Rasulullah SAW dan sahabatnya memenangkan peperangan itu. Bahkan menahan 70 lebih dari pasukan kafir Quraysh.
Demikian pula Fath Makkah (penaklukkan kota Makkah). Peristiwa agung ini harusnya menjadi catatan emas sejarah peradaban manusia. Karena ini peristiwa penaklukkan sebuah kota atau negeri tanpa pertumpahan darah. Sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia.
Mungkin yang paling menakjubkan adalah bahwa peristiwa ini terjadi bukan di zaman yang diakui sebagai zaman modern, lebih berpendidikan, berperadaban (civilized) dan seterusnya. Tapi justeru di zaman ketika dunia didominasi oleh perilaku barbar dan biadab.
Rasulullah SAW yang pernah disiksa, dihinakan, bahkan diusir secara paksa dari tanah kelahirannyan kini kembali dengan kekuatan besar dan dengan persiapan perang yang hebat. Tapi semua itu tidak merubah karakter damai dan kasih sayang Rasul.
Hasilnya inilah yang saya istilahkan “mu’jizah taarikhiyah” (keajaiban sejarah). Penduduk Makkah menyerah tanpa perlawanan. Dan yang lebih penting dicatat oleh sejarah adalah bahwa peristiwa penaklukan Makkah juga terjadi “amnesti” umum pertama terjadi dalam sejarah manusia.
“Kamu semua hari ini bisa kembali ke rumah masing-masing dengan aman dan bebas. Bebas, termasuk bebas mengimani keyakinan mereka (freedom of religion) dan beribadah (worship) sesuai dengan keyakinan masing-masing”. Demikian bunyi amnesti umum itu.
Patung-patung memang dihancurkan karena letaknya di rumah Ibadah tauhid. Ada 360 lebih patung yang berada di sekitar Kakbah. Di rumah suci di mana Allah disembah setiap saat. Karenanya keberadaan patung-patung itu sangat tidak etis dan mengganggu.
Bukan karena patungnya. Karena patung yang di rumah-rumah mereka, di halaman mereka, tidak diganggu oleh orang-orang beriman.
Mereka juga pada akhirnya masuk Islam, bukan karena paksaan. Tapi belakangan justeru karena jatuh hati dengan ajaran Islam yang indah. Dan tentunya karena karakter (akhlak) orang-orang beriman saat itu.
Semua ini saya juga istilahkan peristiwa mu’jizah tariikhi atau keajaiban sejarah. Peristiwa yang pada zamannya, yang tiada tertandingi bahkan oleh zaman modern saat ini.
* Imam Shamsi Ali adalah Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat.
Advertisement