Puasa Peluang Mengasah Jiwa, Pesan Prof Ali Aziz
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah [2]:183)
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Penulis Buku “60 Menit Terapi Shalat Bahagia”, menyampaikan pesan-pesan Islam terkait ibadah bulan suci Ramadhan. Menurutnya, ini peluang untuk mengasah jiwa.
Berikut pesan-pesan pakar ilmu dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya:
SAYA sadar bahwa ayat tentang puasa di atas sudah amat sering Anda baca, sehingga seperti telah kehilangan aktualitas. Tapi, tiba-tiba saja saya tertarik untuk mengulas ayat itu kembali setelah merenungi puasa kita selama ini yang menurut saya amat jauh dari berkualitas, lebih-lebih setelah saya membaca salah satu literatur tentang puasa yang benar-benar menampar wajah saya.
Jika Anda hayati secara mendalam, firman Allah di atas menuntut kita untuk menjadi orang cerdas. Untuk berpuasa, Anda tidak harus menunggu diperintah Allah, sebab Anda pasti sudah faham bahwa pencernaan Anda telah melakukan pekerjaan yang amat berat selama sebelas bulan untuk mencerna makanan siang dan malam.
Makanan yang Anda masukkan ke dalam perut juga hampir tanpa seleksi, sebab hanya berdasar selera yang memuaskan tenggorokan, bahkan tanpa dikunyah secara lembut, sehingga memberatkan kerja pencernaan. Oleh sebab itu, kecerdasan Anda sudah cukup menjadi sumber perintah puasa Anda, agar perut bisa istirahat sebulan di siang hari.
Berapa lama kita menjadi Muslim dengan ritual shalat setiap hari dan puasa sebulan setahun sekali. Tapi, cobalah Anda mendaki gunung, lalu genggamlah beberapa batu yang Anda jumpai. Tanyakan kepada hati nurani, manakah yang lebih keras: batu di tangan Anda atau hati Anda?
Jangan jawab dulu, sebelum membaca firman Allah SWT berikut ini:
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini di atas sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al Hasyr [59:21).
Ternyata, selama ini hati kita tidak bergetar, jiwa kita tidak tercambuk dengan firman Allah yang setiap hari kita baca dan kita dengar. Oleh sebab itu, sekali lagi, perintah puasa sebenarnya layak timbul dari diri Anda sendiri untuk melatih jiwa mengekang hawa nafsu dan mengasah kepekaan jiwa Anda.
Jika Anda membaca sejarah orang-orang shaleh terdahulu, Anda pasti faham, bahwa mereka bisa meraih kemuliaan, ketajaman spiritual dan keluhuran peradaban disebabkan mereka telah membiasakan puasa dan semangat berkarya yang luar biasa.
Karya besar yang terbaik selalu dihasilkan dari otak yang cerdas dan hati yang bersih.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka Anda bisa memahami mengapa perintah puasa dalam firman Allah yang dikutip di atas berbetuk kalimat pasif, tanpa menyebutkan siapa yang mewajibkan puasa:
“..diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Puasa yang dilakukan semua generasi manusia bersumber dari pemikiran mereka sendiri di samping dari perintah Tuhan. Ujung ayat di atas menunjukkan untuk apa Anda berlapar-lapar puasa. Tidak lain agar kita menjadi pribadi yang bertakwa.
Pribadi yang bertakwa tercermin dalam kehidupannya yang tiada pernah putus hubungannya dengan Allah, kerendahan hati, kepekaan sosial, kejujuran, dan optimismenya dalam menjalani kehidupan di tengah masyarakat.
Advertisement