PSSI Jatim Sayangkan Bila Hidayat Benar-Benar Terlibat Atur Skor
Sepak bola Indonesia kembali tercoreng. Kali ini terkait kasus pengaturan skor yang diduga melibatkan nama anggota Exco PSSI Hidayat. Kasus ini berawal dari pengakuan manajer Madura FC, Januar Herwanto, yang mengaku matchfixing di pertandingan Madura FC lawan PSS Sleman di Putaran I Liga 2 lalu.
Januar mengatakan, saat itu Hidayat memintanya agar Madura FC mengalah dari PSS Sleman, namun ia tolak. Januar juga mengakui jika Hidayat sempat dua kali menawarkan sejumlah uang, Rp 100 juta jika mau diajak kerja sama dalam pengaturan skor. Karena kembali ditolak, Hidayat kembali menawarkan besaran uang yang lebih besar, Rp 150 juta.
Meski tidak memiliki bukti percakapan, Januar menyebutkan kalau ada saksi yang mendengar pembicaraan Hidayat dengan dirinya via telepon. Saksi tersebut adalah pelatih Madura, FC Salahudin. Januar hanya mempunyai bukti chat via WA antara Hidayat dengan dirinya yang isinya anggota Exco itu mengajaknya bekerjasama.
Terkait hal ini, Sekretaris Asprov PSSI Jatim Amir Burhannudin mengaku prihatin bila kejadian ini benar. “Prihatin, apalagi dia Exco PSSI dari Jatim. Semuanya silahkan dibuktikan kalau ada pembelaan di forum resmi PSSI nanti,” ujar Amir.
“Kalau memang ada keterlibatan pihak lain, Pak Dayat (Hidayat) harus bisa fair seperti Januar, sebut saja,” dorong Amir.
Selain nama Hidayat, nama lain yang muncul dalam kasus matchfixing adalah Vigit Waluyo, pengelola PS Mojokerto Putra. Manajer Persema Bambang Suryo yang secara terang-terangan menyebut nama Vigit sebagai orang kepercayaan salah satu bandar judi yang berlokasi di Kamboja.
Kasus matchfixing sebetulnya bukan hal baru di sepak bola Indonesia. Sebelumnya, kasus serupa sudah pernah dimunculkan oleh beberapa pelaku sepak bola, bahkan juga ada testimoni dari mantan pelaku matchfixing layaknya mantan pelatih PSMP dan Deltras, Gunawan.
Salah satu mantan Timnas Baretti Uston Nawawi juga mengaku pernah diajak seseorang untuk mengatur skor pertandingan. Sayang Uston sudah lupa peristiwa itu terjadi.
“Itu dulu, sudah lama. Saya sendiri sudah lupa kapan itu terjadi. Yang jelas, PSSI harus menindaktegas pelaku matchfixing. Karena kasus seperti ini merusak sepak bola Indonesia,” katanya. (Nas)