PSLI: Pasar yang Tak Melulu Soal Jual Beli
Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) ke-11 memasuki hari-hari terakhirnya. Kepala Pasar M Anis mengatakan, hingga Sabtu, 20 Oktober 2018, malam, lukisan yang laku terjual dalam gelaran ini sudah sejumlah 105 karya.
Jumlah itu, kata dia menurun jika dibandingkan dengan gelaran PSLI tahun yang lalu. Namun, menurutnya, yang terpenting bukanlah soal laku atau tidaknya sebuah lukisan, melainkan pertemuan dan silaturahmi perupa dari seluruh Nusantara.
"Kami tidak semata-mata menjual lukisan, kami juga punya visi yang kami yakini sama dengan visi teman-teman (pelukis) semua, yakni kami ingin menyebar keindahan," kata M Anis, saat mengegelar sarasehan dengan para seniman peserta di area PSLI, JX Internasional Surabaya, Sabtu, 20 Oktober 2018, malam.
Seorang pelukis asal Mojokerto Mpu Harrys Poerwa, mengiyakan apa kata M Anis. Ia sepakat, PSLI adalah momentum bertemunya seluruh pelukis dari seluruh daerah dan dari pelbagai aliran di Indonesia.
Menurutnya, di usia PSLI yang sudah menginjak ke-11 tahun ini adalah salah satu gelaran seni yang memiliki sejarah dan usia panjang di Indonesia. Bagi dia, PSLI harus tetap ada, terlepas berapapun lukisan yang bisa terjual melalui gelaran ini.
"PSLI harus tetap ada, harus tetap rutin tiap tahun, apapun yang terjadi. Karena semangat seniman tersimpan dan menjadi terawat di sini," kata dia.
Hal senada diungkap budayawan dan pengamat kesenian nasional, Erros Djarot. Sutradara film ini mengatakan, PSLI adalah gelaran penyegar ditengah keadaan negeri yang sedang carut-marut akibat kondisi perekonomian dan perpolitikan bangsanya.
"Di tengah kebisingan politik yang terus memanas dan tak bisa dihentikan ini, PSLI justru seolah menjadi penjeda situasi itu, PSLI menawarkan alternatif-alternatif penyegar," kata dia.
Ia berharap PSLI terus bergulis tiap tahunnya. Pencipta lagu Badai Pasti Berlalu, ini juga menegaskan tak boleh ada jeda, barang setahun saja tanpa PSLI.
"PSLI bukan tentang berapa lukisan dan berapa uang yang didapat seniman, tapi PSLI adalah soal srawung-nya para perupa. Ini yang jarang saya temukan di mana-mana, hanya ada di sini, di Surabaya" kata dia.
Maka, ia pun meminta pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk terus mensupport kegiatan para seniman ini. Agar keberlangsungan kedepan PSLI selalu rutin digelar tiap tahun.
"Kalau Soekarwo atau Khofifah itu nggak bisa, Bilang sama mereka, mundur saja jadi gubernur!," kata Erros, menggebu.
Gelaran PSLI ke-11 ini masuk dalam agenda top 10 event top di Jawa Timur, setelah sebelumnya Kementerian Pariwisata memasukannya dalam '100 Wonderful Events Indonesia 2018'. PSLI tahun ini berlangsung sejak 12 hingga 21 Oktober, di JX International, Surabaya. (frd)
Advertisement