PSLI, Anak Berkebutuhan Khusus Pamerkan Karya Indah Penuh Makna
"Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya, bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa."
Sepenggal lirik lagu berjudul Jangan Menyerah yang dipopulerkan grup band D'Masiv, bukan sekadar majas dan pengandaian berlebihan. Namun itu tampak nyata saat melihat hasil karya dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti Pameran Seni Lukis Indonesia (PSLI) di Jatim Expo, Jalan Ahmad Yani Surabaya.
Sejumlah karya anak berkebutuhan khusus ini tampil dalam stand milik DPD Autism Awareness Indonesia (AAI) Jawa Timur. Tak mau kalah dengan anak-anak lain yang sempurna. Anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai sekolah luar biasa (SLB) di Jatim ini berlomba-lomba menampilkan karya terbaiknya.
Jangan salah, kendati anak-anak berkebutuhan khusus namun karya seni yang ditampilkan gak kaleng-kaleng. Gambarnya tidak hanya melulu pemandangan, namun juga berkaitan dengan situasi lingkungan dan situasi diri masing-masing pribadi.
Karena itu, tak hanya indah dipandang tapi juga mengandung pesan yang mendalam yang disampaikan.
Salah satunya karya yang menampilkan wajah seseorang dengan satu mata tertutup. Karya tersebut sangat menarik dilihat karena warna dan bentuk gambarnya.
"Seperti gambar itu (menunjuk gambar tersebut) karya anak hambatan penglihatan. Dia menggambar seperti itu menggambarkan dirinya karena hanya bisa melihat dengan satu mata saja," kata Rifka Anisa, Guru SLB Fajar Harapan kepada Ngopibareng.id.
Lebih hebatnya lagi, karya-karya anak-anak berkebutuhan khusus tersebut adalah karya murni dari para anak didik tanpa sentuhan dari sang guru.
"Kami memang membebaskan anak-anak untuk berekspresi, kami hanya tanya saja gambar apa ternyata kebanyakan gambaran hati mereka masing-masing," ujar Rifka Anisa.
Sementara itu, Farcharina Eka juga guru SLB Fajar Harapan mengaku, seni menjadi salah satu media pembelajaran yang tepat untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, dengan menggambar anak-anak bisa bersosialisasi ke dunia luas melalui lukisan yang dihasilkan.
"Ini wadah agar anak-anak mengekspresikan diri sekaligus terapi untuk melatih ketenangan mereka. Memang tipikal terlalu aktif, kemudian ada salah satu murid kami tidak tahu bahasa makanya dia mengekspresikan lewat lukisannya," jelas wanita yang akrab disapa Caca itu.
Karena itu, Caca mengaku, pihaknya antusias untuk mengikuti PSLI ini karena merupakan wadah untuk mengekspresikan diri.
"Dan ini bukti bahwa anak-anak kami bisa berkarya dengan keterbatasan yang ada," pungkasnya.