Psikologi Anak UNESA: Kasus Bullying seperti Penyakit Menular
Dalam memperingati Hari Anak Nasional 2022, masih ada beberapa kasus yang belum terselesaikan, seperti halnya bullying. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2021 setidaknya ada 17 kasus perundungan di sekolah, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas.
Menurut Pakar Psikologi Anak UNESA, Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si., fenomena bullying seperti epidemi atau penyakit menular dengan cepat yang menimbulkan banyak korban. Kasus perundungan terus meningkat setiap tahunnya.
"Penyebabnya ada banyak faktor. Tapi yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial," jelas dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini.
Selain itu, adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban.
“Penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah dan pengaruh teman sebaya dan lain-lain. Karena untuk usia SD, anak ada di fase ketekunan versus rendah diri. Percaya diri vs rendah diri sering terjadi di sekolah,” ujar Riza.
Ia menjelaskan, banyak kasus bullying yang kurang mendapatkan perhatian hingga jatuh korban. Perhatian yang kurang ini bisa disebabkan karena memang efek bullying yang tidak tampak secara langsung.
Tambahnya, juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor, entah itu karena takut, malu atau diancam maupun karena alasan yang lain.
Bullying secara kasat mata tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal sangat berbahaya bagi anak.
“Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang,” tegasnya.
Kemudian juga karena minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak.
Dampak Bullying Bagi Anak
Bullying tentu akan sangat berdampak bagi korbannya. Anak akan merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orangtua.
"Ini bisa menjadi trauma panjang. Trauma ini mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan, terutama sekolah. Beberapa penelitian menunjukkan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik hingga putus sekolah," terang Riza.
Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat si pelaku memiliki empati yang minim dalam interaksi sosial. Biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga pro sosial. Ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial sekitarnya.
Ada juga, lanjutnya, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan mentalnya menjadi lebih besar.
“Anak-anak di level ini merupakan individu yang mengalami pro sosial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua,” tandasnya.
Lantas Bagaimana Solusinya?
Mengenai solusi terkait bullying, Riza mengungkapkan, iklim sekolah yang harus diperhatikan. Sekolah harus memiliki program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif.
"Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif sekolah dan orang tua penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka," urainya.
Jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua. Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah membuat website interaktif.
Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.
Advertisement