Psikolog Ungkap Alasan Remaja Jadi Pelaku Perundungan
Baru-baru ini kasus perundungan dialami santri berinisial BM asal Banyuwangi, yang mondok di Kediri mendapatkan sorotan dari banyak pihak. BM diketahui meninggal dunia dengan sejumlah luka lebam yang diduga akibat perundungan yang dilakukan seniornya.
Menanggapi kasus perundungan yang kerap terjadi di usia remaja dari segi psikologi, Praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi mengatakan bahwa perundungan di usia remaja bisa terjadi di mana pun baik lingkungan pondok maupun sekolah konvensional pada umumnya.
Terkait perundungan, pihaknya lebih lebih menyoroti bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Dari pengalamannya semua pelaku perundungan atau bullying bermasalah secara psikologis.
Artinya, kenapa para pelaku perundungan tega berbuat kriminal hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang disebabkan beberapa faktor, seperti kesalahan pengasuhan keluarga hingga pengalaman kekerasan yang pernah dialami dalam keluarga atau lingkungan.
"Nah, dengan pengalaman tersebut biasanya anak remaja cenderung susah mengekspresikan emosi seperti marah atau sedih. Sehingga emosi tersebut akhirnya terpendam," kata Riza kepada Ngopibareng.id, Rabu, 28 Februari 2024.
Lanjut Riza, ketika tumbuh dengan emosi terpendam lantas berkumpul dengan teman sebaya mereka menjadi percaya diri dan solid, sebab ada kebutuhan pengakuan yang tidak didapatkan di lingkungan keluarga, tapi justru didapatkan di kelompok tersebut karena merasa senasib.
"Di sinilah jika muncul trigger mereka menjadi pelaku perundungan. Ditambah lagi info-info di media sosial sekarang tidak ada filternya, mereka kerap meniru perbuatan di luar dugaan yang cenderung mengarah ke hal-hal negatif," jelasnya.
Cara Menghindari Anak dari Perundungan
Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jawa Timur itu mengingatkan kepada orang tua agar lebih peka terhadap perasaan anak. Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda emosi yang tak terkendali, tidak betah bersama keluarga ataupun melawan, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog.
"Terbuka dengan kondisi anak ke psikolog dan psikiater. Terkadang orang tua sudah merasa memberikan yang terbaik untuk anak, sehingga tidak menyadari emosi anak. Padahal generasi sekarang berbeda, mereka tidak hanya butuh materi tapi juga kebutuhan emosional harus terpenuhi," paparnya.
Korban Perundungan Harus Speak Up
Di sisi lain, ungkap Riza, korban perundungan harus berani berbicara agar mendapatkan pertolongan. Dalam hal ini harus ada peran orang tua untuk menstabilkan emosi anak.
"Orang tua harus peka, harus sensitif terhadap hal-hal yang terjadi pada anaknya. Kembali lagi orang tua harus mengajarkan anak-anaknya speak up, berani lapor, berani bercerita ke sekitarnya," terang Riza.
Ia menambahkan, apabila anak sudah berani bercerita terkait perundungan yang dialami orang tua tidak boleh panik, dengarkan cerita anak secara utuh dan ambil tindakan yang bijaksana.
"Jika tindakan tersebut sudah mengarah pada kriminalitas, bisa dilaporkan pada pihak berwajib," jelasnya.