Psikolog UM Jember Ungkap Penyebab Ibu Kandung Tega Bunuh Anaknya
Tragedi ibu kandung membunuh anak di Jember cukup menggegerkan warga. Selama bulan Juni 2023, terdapat dua kasus ibu membunuh anak.
Pertama, tragedi terjadi Jumat, 9 Juni 2023 di Dusun Sumberlanas, Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, Jember. Tragedi kedua Sabtu, 17 Juni 2023, di Jalan Kepudang, Lingkungan Krajan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, Jember.
Panca Kursistin Handayani, Dosen Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Jember mengatakan, kemungkinan ibu yang tega membunuh anak kandungnya sendiri tidak sekadar mengalami depresi biasa. Namun sudah mendekati gangguan jiwa berat.
Menurut Kursistin, depresi dapat dikatakan mood sedang menurun. Seseorang yang mengalami depresi biasanya menunjukkan perilaku sering murung, merasa hidupnya hampa, tidak Bahagia. Bahkan seseorang yang depresi terkadang tidak mengerti apa yang diinginkannya.
Seseorang yang depresi terkadang juga tidak memiliki tujuan dan harapan hidup. Sehingga sesekali muncul keinginan mengakhiri hidupnya.
Meski demikian, seseorang yang depresi tidak sampai melakukan tindakan kekerasan, apalagi sampai menyakiti dan membunuh anak kandungnya sendiri.
“Depresi secara bahasa awam saat mood seseorang sedang turun, tidak ada harapan hidup. Lemas, tidak ada tujuan, dan tidak merasa senang terhadap apapun. Kalau depresi ide bunuh diri ada. Tetap kalau melukai orang lain, tampaknya tidak sampai ke sana jika hanya depresi saja,” kata Kursistin, Rabu, 21 Juni 2023.
Depresi tidak dapat disamakan saat seseorang bersedih karena berkabung. Seseorang larut dalam kesedihan karena berkabung ditinggalkan oleh keluarga merupakan kondisi yang wajar selama dalam batas tertentu.
Sedih karena berkabung biasanya mulai menghilang dalam waktu tidak sampai dua minggu. Jika seseorang berkabung setiap hari dalam kurun waktu lebih dua minggu atau bahkan dua bulan, maka harus dibawa periksa ke psikiater.
“Sedih karena berkabung itu harus ditunggu, karena berkabung adalah hal wajar. Harus ditunggu dulu, kalau membaik maka tidak bisa disebut gangguan depresi. Tetapi kalau lebih dua minggu atau dua bulan, maka orang itu butuh untuk ditangani,” jelas Kursistin.
Menurut Kursistin, banyak faktor yang menyebabkan seseorang depresi, terutama bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Depresi pasca berkeluarga bisa disebabkan faktor ekonomi, persoalan relasi dengan pasangan, pasangan sering melakukan kekerasan, atau karena kekecewaan lain.
"Relasi dengan tetangga, sanak keluarga, dan mertua juga dapat menjadi penyebab munculnya depresi pada seseorang. Sebab, penyebab depresi bersifat personal, bisa berbeda antara satu orang dengan orang lain," jelasnya.
Sementara hal-hal yang dapat menghambat seseorang mengalami stress atau depresi, salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan berperan penting dalam membantu seseorang yang sedang depresi.
Seseorang yang sedang depresi sebenarnya sedang memerlukan pendampingan lebih dibandingkan dengan seseorang yang kuat dan banyak teman. Semakin banyak teman, maka potensi depresi semakin kecil.
“Tidak punya banyak teman, temannya sedikit. Punya teman tetapi tidak mendalam. Dia lebih banyak sibuk dengan diri sendiri dan tidak mendapat dukungan dari lingkungan sekitar akan mempengaruhi tingkat stress,” tambah Kursistin.
Salah satu yang bisa dilakukan untuk menolong seseorang yang sedang depresi adalah dengan memberikan dukungan dan mendengar keluh kesah seseorang yang mengalami gejala depresi. Seseorang tidak perlu memberikan solusi, namun cukup menjadi tempat bersandar dan pendengar saat seseorang yang sedang depresi bercerita.
Sebab dukungan dan perhatian lingkungan menjadi salah satu kebutuhan psikologis yang sering terlewatkan. Sehingga muncul ide mengakhiri hidupnya, karena merasa hidupnya tidak berguna dan tidak ada yang memperhatikan.
Tragedi ibu bunuh anak dalam pandangan psikologi
Terkait tragedi ibu tega membunuh anaknya, khususnya yang terjadi di Patrang, kemungkinan ibu kandung tersebut tidak mengalami depresi. Namun sudah masuk mengalami gangguan kejiwaan berat. Sebab, jika hanya depresi tidak akan sampai tega menyakiti dan membunuh orang lain.
Ibu pembunuh anak di Patrang menurut keterangan yang digali polisi sering menunjukkan perilaku yang tidak biasa, sehingga membuat orang lain kebingungan. Ditambah ibu pembunuh anak tersebut sering mendengar bisikan gaib.
“Tampaknya kasus ibu membunuh anaknya di Patrang mengarah ke gangguan jiwa berat. Bisa saja sudah diderita lama. Kalau berobat biasanya tidak sampai tuntas,” lanjut Kursistin.
Ide membunuh anak bagi ibu yang mengalami gangguan jiwa bisa muncul karena pengobatan yang tidak tuntas. Kemungkinan ibu pembunuh anak di Patrang sempat berobat namun pengobatannya dihentikan.
Seseorang dengan gangguan jiwa berat harus mengonsumsi obat secara rutin hingga dinyatakan sembuh. Jika berhenti ditengah jalan, maka akan menyebabkan kambuh dengan kondisi gangguan yang lebih parah.
“Kemungkinan yang terjadi di Patrang, dia berobat tidak rutin atau putus obat. Pernah minum obat lalu tidak minum obat lagi. Itu bisa menyebabkan gangguan yang lebih parah. Kemungkinan sudah lama,” pungkas Kursistin.
Diketahui, dalam tragedi di Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo Jember hingga saat ini kasusnya masih berlangsung. Tersangka berinisial MN belum diperiksa karena masih menjalani perawatan intensif di RS Soebandi.
Sementara dalam tragedi di Kelurahan Bintoro, Patrang, polisi sudah mengungkapkan modus Khusnul Khotimah menghabisi nyawa kedua anaknya berinisial NN dan AK. Diduga kuat satu korban dibekap dan satu korban lainnya dijerat menggunakan tampar jemuran.
Sejauh ini, Pemkab Jember sudah memberikan perhatian terhadap anak kedua dari Khusnul Khotimah berinisial RR. Pemkab Jember mengirimkan psikiater untuk membantu memulihkan mental RR.
Atas insiden tersebut, Bupati Jember Hendy Siswanto meminta warga hingga tingkat RT agar gencar melakukan pencegahan dini agar kasus serupa tidak terulang. Hendy membuat surat edaran meminta pengurus RT secara rutin menggelar pertemuan sesi curhat.