Psikolog Sebut Korban Tragedi Kanjuruhan Alami Trauma PTSD
Pakar psikologi, Atika Dian Ariana menyebut korban tragedi Kanjuruhan bisa mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD).
PTSD, kata Atika, merupakan gangguan stress pasca trauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan. Hal itu dapat terjadi jika ketika korban mengalami gejala pasca peristiwa.
“Pada fase 1 bulan memasuki gangguan stress akut, kemudian 2 sampai 3 bulan mengalami gangguan penyesuaian,” kata Atika, Sabtu, 15 Oktober 2022.
“Fase 6 bulan jika gejala yang dialami semakin parah baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan PTSD,” tambah Atika.
Atika mengungkapkan, korban yang mengalami PTSD menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi dan cenderung merasa tak mampu menangani tekanan yang dialami.
Bahkan, lanjut dia, kondisi seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu dengan hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis yang pernah dialaminya.
“Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger,” jelasnya.
Selain itu, orang yang mengalami PTSD cenderung pendiam, menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness. Saat seperti ini, korban membutuhkan penanganan secara medis.
Dengan demikian, peran orang di sekitar sangat dibutuhkan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga.
“Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri serta it’s okay to asking help,” ujar dia.