PSBB Surabaya Berlaku, Pengusaha Salon Makin Menangis
Selain coffee shop dan pertokoan, pengusaha salon yang paling terkena dampak pandemi Corona. Aturan jaga jarak dan tinggal di rumah membuat orang makin khawatir untuk memotong rambut di salon.
Sebagian dari salon rambut ada yang masih buka, sebagian sudah tutup sejak sebulan lalu. ''Kami sudah nggak bisa berkata-kata apa-apa. Sementara ini kami tetap berjuang dengan standar kebersihan yang kita tingkatkan,'' kata Faqih, pemilik Salon Saga di Metropolis Apartemen Surabaya Selatan.
Sementara itu, Hendy Salon yang ada di pusat kota mengaku telah menutup tempat praktiknya sebulan lalu. ''Tapi kalau ada yang minta melalui telpon masih tetap kami layani. Biar ada pemasukan sedikit-sedikit untuk nyambung hidup,'' tambah Hendy sedih.
Pengusaha yang mengorganisasikan pengajian para pemilik salon ini mengaku kasihan dengan para karyawannya. ''Karena itu, kalau ada tamu atau pelanggan yang datang, mereka baru saya panggil. Hasilnya saya suruh ambil mereka,'' tambah Hendy sedih.
Sejumlah sektor usaha memang terkena dampak langsung pandemi Corona yang telah menyebar ke seluruh dunia ini. Apalagi kalau sebentar lagi diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Jika PSBB Surabaya dan sekitarnya berlaku, peraturan keluar rumah dan berkumpul akan makin ketat.
Menurut penuturan Faqih, ia belum menutup penuh salonnya karena kasihan kepada para karyawannya yang kini ada 6 orang. ''Kalau aku liburkan kasin juga stafku. Serba sulit memang,'' kata pengusaha salon yang pelanggannya kalangan menengah atas ini.
Meski tetap buka, ia menerapkan protokol ketat pencegahan virus Covid-19. Misalnya semua karyawannya harus selalu memakai masker. Juga mengenakan sarung tangan selama bekerja.
Toh demikian, sejak pandemi Cocid-19 terjadi, pelanggan yang datang ke salonnya turun drastis. Turun tajam sampai 80 persen. Karena itu, karyawannya yang berasal dari Surabaya dan Sidoarjo ini diminta masuk bergantian. Sehari kerja sehari tidak.
''Kalau masuk semua, seringkali tamu yang datang ke salon lebih banyak dari stafnya,'' katanya sambil tertawa getir. Ia sendiri masih terus bersemangat untuk menekuni usahanya ini sampai kapan pun.
Lantas bagaimana kalau PSBB Surabaya diberlakukan dan salonnya harus tutup? ''Kalau PSBB berlaku dan kami disuruh tutup, ya kita nggak masalah. Pelanggan yang ingin potong rambut harus bikin appointmen dulu. Kalau perlu kami terima home service,'' tambahnya.
Baik Hendy maupun Faqih berharap agar pandemi Corona ini segera berakhir. Dia tidak bisa membayangkan jika wabah atau pagebluk ini berlangsung lama. Akan makin banyak warga yang kesusahan. Apalagi usaha jasa seperti salon kecantikan ini.
PSBB Surabaya merupakan upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Tapi di sisi lain banyak juga pengusaha salon makin menangis. Juga pengusaha jasa lainnya yang perlu sentuhan tangan langsung.