Pasca PSBB, Risma Ajukan Rapid Test untuk Pegawai Mal dan Toko
Penerapan PSBB berakhir pada Senin, 8 Juni 2020 besok. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini berniat mengajukan kelonggaran kebijakan di Kota Pahlawan. Menurut dia, roda ekonomi harus berjalan, agar masyarakat bisa bertahan hidup di tengah pandemi covid-19 ini.
Risma mengatakan bahwa dia bersama dengan jajarannya, telah membahas perihal kelonggaran hingga penghapusan PSBB di Kota Surabaya. Hal tersebut nantinya bakal diajukan kepada Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.
“Ini teman-teman lagi ngebahas hal itu. Mudah-mudahan seperti itu. Mudah- mudahan nanti bisa diterima usulan kami sama Bu Gubernur (Jatim),” kata Risma, kepada awakmedia, di Gelora Bung Tomo, Minggu, 7 Juni 2020.
Risma beralasan, jika keputusan tersebut harus diambil, lantaran banyak masyarakat yang sudah terlalu lama tidak bekerja, karena terdampak pandemi covid-19. Di sisi lain, ada keluarga yang harus dihidupi setiap harinya.
“Kan kita tidak bisa lihat, kalau mal terus down gini, dia kan pegawainya bisa dipecat, ini harus kita mulai. Karena sekali lagi saya khawatir sama hotel, restoran. Kan gak mungkin, membayar orang tapi nganggur, sedangkan mereka tidak punya pendapatan,” ucapnya.
Maka dari itu, agar pengajuan kelonggaran PSBB diterima, Pemkot Surabaya sudah menyiapkan beberapa protokol kesehatan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Mulai dari proses transaksi skala kecil seperti di warung makanan, hingga ketika berada di restoran.
“Karena kita belum bebas 100 persen, jadi artinya kita harus lakukan protokol yang ketat, mulai nanti bagaimana di restoran, di warung. Bahkan kita juga atur pembayarannya cara menggunakan uang itu, cara nerimanya bagaimana,” jelasnya.
Risma pun mencontohkan, jika masyarakat ingin membeli pakaian, tidak boleh memegangnya, namun hanya sebatas dilihat saja. Selain itu, nantinya tempat duduk panjang yang biasanya tersedia, juga diimbau untuk diganti.
“Contohnya misalkan, nanti toko pakaian itu gak boleh dicoba (barangnya), kemudian pembeli tidak boleh memegang tapi dia hanya mengarahkan kemudian penjualnya menunjukkan. Sampai kita atur kursinya tidak boleh kursi panjang, kursinya harus sendiri-sendiri jaraknya,” ujarnya.
Supaya niatan yang mengarah ke new normal itu segera dikabulkan, Risma juga meminta bantuan ke pemerintah pusat, dalam bentuk alat tes rapid yang akan digunakan untuk memeriksa para pegawai mal ataupun restoran.
“Ini saya sudah mohon ke Pak Menteri, nanti kalo kita ada rapid, kita prioritaskan itu pegawai minimarket, supermarket, pegawai mal, pegawai toko-toko. Mudah-mudahan kami punya alat rapid tesnya. Sehingga, kembali bisa normal dalam ikatan yang disebut Pak Presiden new normal,” tutupnya.