PSBB Hari Kedua, Kasus Positif Covid di Surabaya Menurun
Pasca penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, penambahan pasien Covid-19 di Jawa Timur khususnya Surabaya Raya yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik mulai menurun.
Menurut data yang dirilis oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur per hari ini, Rabu 29 April 2020, di Jatim hanya ada penambahan 16 kasus positif Covid-19. Paling banyak berasal dari Kabupaten Malang dengan 4 kasus.
Sedangkan di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo hanya ada tambahan masing-masing dua kasus. Serta satu kasus tambahan di Kabupaten Gresik. Selanjutnya, dua tambahan dari Kabupaten Lumajang, tiga kasus baru di Kabupaten Pamekasan, satu kasus masing-masing di Kabupaten Tuban dan Kota Mojokerto.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dengan tambahan 16 kasus baru di Jatim, saat ini total sudah ada 871 kasus di Jawa Timur.
Sementara itu, untuk orang yang masuk status Pasien Dengan Pengawasan atau PDP berjumlah 2.986 orang. Sedangkan yang masuk status Orang Dalam Pemantauan atau ODP ada 19.051 orang di Jatim.
"Data terakhir dari kami seperti itu teman-teman. Kami berharap dengan penerapan PSBB ini, angka itu bisa semakin landai. Sehingga kita bisa cepat selesaikan ini semua," kata Khofifah, Rabu 29 April 2020 di Gedung Negara Grahadi saat melakukan konferensi pers terkait percepatan penanganan Covid-19.
Dengan terus bertambahnya pasien Covid-19, mantan Menteri Sosial itu meminta masyarakat untuk lebih waspada dan menjaga kesehatan, agar virus Covid-19 tak menyerang tubuh mereka. Selain itu, warga harus tetap melakukam protokol kesehatan, yakni social dan physical distancing untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Khusus di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Khofifah ingin masyarakat untuk tetap tinggal di rumah, dan keluar apabila memang ada hal yang sangat urgent dan mendesak. Karena mereka tak tahu, apakah ada orang tanpa gejala (OTG) yang positif Covid-19.
Menurutnya, saat ini sudah ada 21% pasien positif di Kota Surabaya merupakan orang yang masuk dalam kategori OTG. Hal itu sangat berbahaya karena para OTG tidak merasakan gejala klinis Covid-19, namun mereka merupakan carrier atau pembawa virus tersebut.
"Oleh karena itu, kehati-hatian kita, kewaspadaan kita dan seluruh kesiapsiagaan kita sangat dibutuhkan. Kita sudah lakukan PSBB, kita tetap harus lipatgandakan semuanya. karena memang ada hal yang mungkin kita tidak tidak tahu, ternyata mereka adalah carrier atau orang tanpa gejala," katanya.
Advertisement