Proyek Peradaban Muhammadiyah Abad II, Ternyata Pesantren Sains
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan apresiasi untuk Pesantren Sains Trensain Muhammadiyah, Sragen sebagai pesantren integrasi antara Al-Qur’an dan Sains pertama di Indonesia.
Dari pesantren ini diharapkan melahirkan kader-kader Muhammadiyah yang memiliki kualifikasi unggul, yang intelektual-ulama.
Hadirnya Trensain merupakan hasil dari usaha-usaha kemajuan. Menurutnya, ini adalah aset Tajdid Muhammadiyah ke depan.
“Inilah satu proyek peradaban dari Islam Berkemajuan di abad kedua. Jadi kalau ada orang mencari penjelasan, tidak usah rumit-rumit teorinya, suruh datang ke SMA Trensain ini,” ujar Haedar Nashir, dikutip Selasa 1 November 2022.
Tentang Trensain, Haedar menyebut ini bukan hanya retorika, tetapi memang wujud nyata sebagaimana banyak prestasi yang diukir oleh santrinya. Perkembangan Trensain ini merupakan etos kegigihan yang telah dimiliki dan menjadi DNA bagi warga Muhammadiyah.
Pesantren Unggul Muhammadiyah
Guru Besar Sosiologi ini memprediksikan, ke depan Trensain ini akan menjadi pesantren yang unggul dan eksistensinya terjaga sebagai proyek peradaban. Untuk itu Haedar menuturkan, supaya santri didik secara demokratis yang juga terintegrasi dengan akhlak Al Karimah.
“Akhlak itu kita wujudkan menjadi akhlak publik, bukan hanya personal,” ujarnya.
Santri Muhammadiyah harus memiliki style yang keren dan berkemajuan. Santri Muhammadiyah harus fiil mudharih, bukan fiil madhi. Dengan itu, maka Trensain dapat dikatakan sebagai eksemplar dari Islam yang Berkemajuan.
Haedar berpesan, supaya santri ketika menjadi apapun di masa depan untuk menerapkan pandangan Islam yang Berkemajuan.Di era kini dan depan, santri Muhammadiyah juga dituntut memiliki keahlian dalam bidang teknologi informasi.
“Santri di sini harus memiliki kultur (tradisi besar), lihat Kiai Dahlan itu yang berpakaian rapi dan semangat menghadapi hari,” ungkapnya.
Jati diri atau karakter tersebut jika sudah dijiwai, maka santri Muhammadiyah tidak apabila sudah lulus pesantren, dia tidak menjadi benalu di manapun berada. Karakter tersebut juga harus dilengkapi dengan sifat tawashut atau tengahan. Sikap tengahan, imbuh Haedar, harus diterapkan oleh umat Islam Indonesia.
Kelompok yang merasa mayoritas tidak kemudian bersikap ekstrim dengan menekan minoritas. Di sinilah pentingnya diperlukan sikap tengahan untuk mewujudkan ukhuwah yang autentik.Sementara itu, jika ingin menjadi Islam yang Berkemajuan, jangan memiliki pandangan yang parsial. Memisahkan ilmu-ilmu fiqih atau agama, dengan ilmu-ilmu alam.
Untuk ini, Haedar menyarankan supaya merujuk kepada peletak risalah peradaban yaitu Nabi Muhammad SAW secara utuh, tidak hanya meniru busana atau cara makan nabi saja.Hemat Haedar, ke depan Trensain menjadi tren peradaban dunia. Dia menambahkan bahwa, ke depan yang dibutuhkan adalah model pandangan yang integratif untuk mendekati Agama Islam dan kehidupan.