Protes Lewat Tiktok, Bocah 14 Tahun Ditembak Mati Militer Myanmar
Protes tak bersenjata yang dilakukan warga Myanmar melawan kudeta militer dibalas dengan penggunaan senjata. Sedikitnya 700 orang meninggal sejak protes berlangsung pada 1 Februari 2021 lalu. Salah satu korbannya adalah bocah perempuan berusia 14 tahun yang ditembak mati karena protes lewat Tiktok.
Adalah Pan Ei Phyu, bocah perempuan yang turut menyampaikan protes menggunakan aplikasi Tiktok. Pam Ei Phyu dikenal sebagai pendukung gerakan pro demokrasi dan telah mengunggah sejumlah konten tentang dirinya menyanyikan lagu pro demokrasi.
Ibunya, Thida San khawatir akan keselamatan anaknya. Ia pun melarang putrinya untuk turun ke jalan ikut aksi menolak kudeta militer Myanmar.
Namun upayanya tak berhasil menyelamatkan nyawa anaknya. Pada 27 Maret 2021 lalu, militer Myanmar datang ke rumahnya. Pan Ei Phyu ditembak mati dan menjadi korban di antara 114 orang yang meninggal, 11 di antaranya adalah anak-anak. Razia itu menjadi salah satu kekejaman militer yang paling berdarah hingga saat ini.
Pan Ei Phyu meninggal ketika hendak membuka pintu bagi peserta unjuk rasa yang kabur menyelematkan diri. "Ia tiba-tiba terjatuh. Awalnya saya menduga dia terpeleset. Ternyata ada darah di bagian belakang tubuhnya, dan saya baru sadar jika di tewas ditembak," kata Thida, pada BBC.
Dalam bahasa Myanmar, Pan berarti bunga, ei berarti lembut, dan Phyu artinya putih. "Putri saya adalah anak yang cantik ketika lahir, seperti bunga putih yang lembut. Maka saya beri nama Pan Ei Phyu," katanya.
Ia lantas mengingat, betapa berbaktinya anaknya ketika di rumah. Tentang cita-citanya untuk membuka panti yatim piatu kelak jika dewasa.
Meninggalnya Pan Ei Phyu juga berdampak pada adiknya yang berusia 10 tahun, Mg Sai Sai. Ia tak bisa tidur di malam ketika kakaknya meninggal. Adeknya hanya memutar video Tiktok kakaknya, berulang-ulang.
Keluarga Pan pun terdampak kejadian tersebut. Mereka tak merasa aman dan ingin pindah ke tempat yang lain. "Hidup kami tak lagi aman," kata Thida San lirih. (Bbc)
Advertisement