Protes Kudeta Militer Myanmar, Guru Ikut Demonstrasi
Para guru bergabung dengan pelajar dalam unjuk rasa di Myanmar, memprotes aksi militer yang menggulingkan pemerintahan sipil, dan menangkap Aung San Suu Kyi. Para guru berunjukrasa menggunakan pita merah, warna partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Pada Jumat petang, ratusan guru dan pelajar berkumpul di depan Universitas Dagon, di Yangon. Mereka membuat simbol tiga jari, sebagai tanda perlawanan terhadap pemerintahan yang otoriter.
Mereka meneriakkan dukungan pada Aung San Suu Kyi dan membawa bendera merah. "Kami tak akan membuat generasi kami menderita di bawah kediktatoran militer," kata Min Sithu, peserta unjukrasa, dilansir dari BBC.
Unjuk rasa ini menjadi yang terbaru, setelah sejumlah demonstrasi lainnya muncul di banyak tempat. Seperti yang dilakukan warga Yangon, pada malam sebelumnya. Mereka menabuh berbagai alat rumah tangga, dan menyanyikan lagu revolusi pada malam hari, secara bersama-sama.
Banyak warga lain juga melakukan protes di dunia maya. Meski Facebook diblokir oleh militer, banyak warga Myanmar berpindah menggunakan aplikasi lain seperti Twitter dan Instagram. Namun, Twitter menolak memberikan komentar tentang ada tidaknya peningkatan cuitan dari Myanmar.
Sementara, operasi penangkapan militer pada petinggi partai NLD terus berlanjut. Yang terbaru adalah loyalis Aung San Suu Kyi, Win Htein, berusia 79 tahun, mengaku dibawa ke Nay Pyi Taw, oleh polisi dan militer setempat.
Ia mengaku ditahan menggunakan pasal hasutan, dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup. "Mereka tak suka apa yang saya sampaikan. Mereka takut akan apa yang saya sampaikan," katanya.
Diketahui, militer Myanmar telah menangkap Aung San Suu Kyi serta menegaskan mengambil alih kepemimpinan dalam kudeta yang dilakukan pada dini hari. Meski belum terlihat lagi, diduga Aung San Suu Kyi kini sedang menjalai tahanan rumah. (Bbc)