Prospek Ritel Online Indonesia, Masih Terkendala Koneksi
Penjualan online untuk produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), seperti peralatan mandi, sabun, kosmetik, pasta gigi, pisau cukur dan sebagainya di Indonesia, ternyata masih terkendala dengan koneksi internet yang tidak stabil dan terbatas. Kesimpulan ini berdasarkan laporan terbaru dari Nielsen--sebuah perusahaan pengukuran global.
Namun kesulitan ini tidak lantas menyurutkan keinginan mereka untuk melakukan pemesanan online. Sebanyak 36 persen konsumen Indonesia menyatakan telah menggunakan layanan pemesanan barang online untuk jasa pengantaran ke rumah, dan 35 persen juga menyatakan masih tetap bersedia menggunakan pemesanan online untuk jasa pengantaran ke rumah.
Secara global penjualan online produk FMCG tumbuh empat kali lebih cepat daripada penjualan offline, dan wilayah menjadi penentu laju pertumbuhan penjualan FMCG online pada tahun-tahun mendatang, menurut laporan terbaru dari Nielsen.
The Nielsen Future Opportunities in FMCG E-commerce Report, yang mengkaji pendorong pertumbuhan FMCG e-commerce di 34 negara, menyoroti kecepatan yang luar biasa dimana e-commerce FMCG akan bertumbuh dalam tahun-tahun mendatang (18,4% CAGR setiap tahun) dan memperkirakan total penjualan global akan mencapai hingga US$400 miliar pada tahun 2022.
Kawasan Asia Pasifik diharapkan memberikan beberapa peluang pertumbuhan terbesar untuk FMCG online dalam lima tahun ke depan, dimana 43% konsumen di kawasan itu sudah menggunakan platform e-commerce untuk pengiriman produk ke rumah, dan 15% lagi menunjukkan bahwa konektivitas internet yang lebih baik akan meningkatkan kecenderungan mereka untuk berbelanja online.
Korea Selatan memimpin dalam e-commerce global, dengan hampir seperlima (18%) dari semua FMCG dijual melalui online, diikuti oleh China (16% dari FMCG dijual online). Taiwan, Jepang, dan Australia juga menempati peringkat lima besar untuk pangsa pasar FMCG online (masing-masing 5,6%, 5%, dan 3%). Pasar Asia Pasifik lainnya yang tercakup dalam laporan ini termasuk India, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Selandia Baru.
Laporan Nielsen mengidentifikasi beberapa faktor pendorong utama pertumbuhan e-commerce FMCG di masa depan, di antaranya:
Pendorong Pertumbuhan Dasar: ukuran pasar (market size), penetrasi rekening bank, penetrasi internet, penetrasi smartphone
Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Makro: kemudahan melakukan bisnis, kepadatan penduduk, keandalan pos pengiriman
Pendorong Pertumbuhan Sosial: rasa percaya, budaya menabung
Pendorong Pertumbuhan Suplai: kematangan para pemain e-commerce FMCG
Munculnya para pemain e-commerce baru menciptakan lanskap ritel yang semakin kompetitif di Asia Pasifik. Infrastruktur berkualitas tinggi dan inovasi teknologi mendukung adopsi e-commerce lebih lanjut untuk konsumen di Jepang (24%) yang membeli FMCG secara online untuk pengiriman ke rumah. Nielsen memperkirakan bahwa pangsa pasar e-commerce Jepang pada 2017 dari total penjualan FMCG (5%) akan meningkat menjadi 7,9%
Wilayah Taiwan memiliki teknologi dan akses internet yang kuat bagi konsumen, serta kemiripan geografis dengan Cina Daratan dan Korea Selatan, negara yang memimpin dalam e-commerce FMCG. Nielsen memperkirakan bahwa pangsa pasar e-commerce tahun 2017 dari total penjualan FMCG (5,6%) akan meningkat menjadi 8,1% (USD 878 juta) pada 2022.
Sementara itu, di negara lain di sekitar kawasan Asia Pasifik, pembeli Australia (38%) sudah menggunakan e-commerce untuk membeli obat-obatan OTC dan produk perawatan kesehatan. Nielsen memperkirakan bahwa pangsa e-commerce Australia 2017 dari total penjualan FMCG (3%) akan meningkat menjadi 4,8% (USD3,5 miliar) pada 2022.
“Banyak konsumen di seluruh Asia Pasifik telah merasakan pengalaman berbelanja belanja online dalam beberapa bentuk, baik itu untuk perjalanan, pakaian, elektronik, atau kategori serupa lainnya,” kata Ji Hyuk Park, Nielsen’s Developed Markets Digital Retail Lead.
"Negara-negara yang sedang berkembang di wilayah ini sangat menjanjikan untuk pertumbuhan e-commerce FMCG yang cepat dalam tahun-tahun ke depan seiring dengan melompatnya konsumen dari perdagangan tradisional ke pasar online, membuat kebutuhan akan apa yang ditawarkan oleh omni-channel menjadi lebih penting dari sebelumnya bagi para peritel FMCG."
Melihat situasi ini, penting bagi para produsen FMCG dan peritel (offline, online, omnichannel) untuk mengutamakan nilai trust (kepercayaan) agar memberikan dampak bagi konsumen dan bertahan dalam persaingan industri ini.
Produsen FMCG perlu memastikan bahwa produk-produk yang dijual pada portal online adalah produk-produk yang otentik dan berkualitas baik.
Sementara itu peritel diharapkan dapat memfasilitasi transaksi pembayaran yang aman dan informasi pribadi yang rahasia serta layanan pengembalian barang yang mudah tanpa membuat stres konsumen, mengirimkan produk segar dengan kualitas baik, dan layanan pelanggan yang membantu konsumen. (amr)