Operasi Saraf Otak dengan Teknik Lubang Kunci, Begini Tahapannya
Jangan membayangkan operasi bedah saraf otak selalu harus membedah batok kepala untuk menjangkau saraf yang dituju. Ada teknik terbaru dalam operasi bedah saraf di otak. Tak perlu sampai bedah batok kepala. Metodenya sering disebut dengan Microvascular Decompression (MVD).
Dokter M. Sofyanto,SP.BS, menyebut jika Microvascular Decompression (MVD) dilakukan dengan operasi lubang kunci atau keyhole surgery. Dokter Sofyanto siang tadi melakukan operasi dengan cara ini pada Herlina, perempuan asal Manokwari. Herlina sudah bertahun-tahun menderita hemifacial spasm atau wajah merot. Dokter Sofyan pun mencerita proses operasinya tadi.
"Operasi berjalan 60 sampai 70 menit. Pertama kali yang dilakukan ialah membuat lubang dengan diameter 1,5 cm di belakang telinga, lalu membuka selaput otak hingga nampak otak kecil," ujar dr. Sofyan ditemui setelah melakukan operasi di National Hospital Surabaya, Kamis, 19 September 2019.
Lanjut Sofyan, agar bisa masuk dan menjangkau saraf nomor tujuh yang letaknya di batang otak, otak kecil harus dikempeskan dulu dengan memanipulasi. Cairan otak dikuras pelan-pelan.
"Setelah kempes baru kelihatan saraf nomor delapan yang berkaitan dengan pendengaran. Di belakang saraf nomor delapan baru terlihat saraf nomor tujuh. Letak saraf nomor tujuh yang cukup dalam dan sulit memang harus diperlukan pengalaman dan jam terbang tinggi untuk dokter yang melakukan," terang dokter ahli bedah saraf ini.
Saat ditanya mengenai proses kesembuhan, Sofyan mengatakan, dalam teknik keyhole surgery persentase kesembuhannya 98 persen akan sembuh dan kembali normal.
Untuk dua persennya, ujarnya, akan sembuh tapi bertahap. Pertama kedutannya masih akan terasa lalu lama-kelamaan akan berkurang."Biasanya ditunggu sampai 6 bulan baru benar-benar akan hilang," imbuhnya
Kalau untuk wajah merotnya, menurut Sofyan, setelah operasi bentuk wajah yang merot tersebut akan spontan kembali ke bentuk aslinya.
"Kondisi ini datangnya tiba-tiba, sembuhnya setelah operasi juga akan spontan," katanya.
Menurut Sofyan, kondisi hemifacial spasm di Indonesia diprediksi mencapai 3000 kasus. Tapi yang baru kami tangani hanya sekitar 1000 kasus. Hal ini terjadi karena masyarakat masih bingung harus kemana mencari pengobatan untuk kondisi ini.
"Dengan apa yang kami lakukan ini menginformasikannya kepada masyarakat melalui media. Semoga masyarakat yang mengalami kondisi ini bisa tahu kemana harus berobat," pungkasnya.