Proses Islamisasi, Membentuk Muslim yang Lembut dan Damai
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, berkesempatan menyampaikan perjalanan organisasi yang dipimpinnya. Di Universitas Monash, Australia, Haedar menyampaikan makalah “Muhammadiyah dan Perkembangan Islam Berkemajuan di Indonesia”. Untuk ngopibareng.id, guru besar dari Yogyakarta ini menuturkan pemikirannya secara bersambung. (Redaksi)
-----------
Islam Indonesia merupakan fenomena keagamaan yang menarik. Islam di negeri kepulauan Nusantara ini hadir secara damai, berkarakter moderat, dan berkembang menjadi muslim terbesar di dunia. Penyebaran Islam secara damai membawa pengaruh pada corak Islamisasi yang bersifat sosial kultural (Kartodirjo, 1993).
Islam Indonesia berkembang menjadi agama masyarakat secara luas, sekaligus menjadi kekuatan integrasi nasional dalam pembentukan kebudayaan Indonesia (Kontjaraningrat, wawancara Kompas).
Dalam proses Islamisasi yang "indigeneous" itu Islam Indonesia membentuk muslim yang lembut, damai, toleran, dan harmoni. Menurut Esposito (1997), wajah Islam Indonesia lebih lembut, dibentuk oleh angin tropis dan pengalaman multikultural yang panjang. Inilah wajah Islam yang sekarang populer disebut Islam moderat atau Islam tengahan (wasithiyah).
Sebagian kalangan mengklaimnya sebagai Islam Nusantara. Namun wajah Islam Indonesia tidaklah tunggal dan terus mengalami dinamika.
Pasca Islam Nusantara yang berwajah kultural, Islam Indonesia mengalami transformasi yang dinamis. Pada awal abad ke-20 seiring dengan bangkitnya kesadaran nasional secara lebih terorganisasi dan mulai tumbuhnya benih modernisasi, hadir proses baru dalam Islamisasi yaitu Islam berwajah pembaruan atau tajdid. Islam yang memberi sentuhan kemajuan atau kemoderenan itu diperankan oleh organisi-organisasi pembaruan khususnya Muhammadiyah.
Dalam kehidupan kaum perempuan peran Aisyiyah selaku organisasi perempuan Muhammadiyah dalam memelopori bangkitnya perempuan Islam dan ikut membidani lahirnya Kongres Wanita Pertama tahun 1928 merupakan tonggak penting dalam memberi warna Islam yang berkemajuan.
Peran pembaruan atau Islam yang menyebarkan nilai-nilai kemajuan tersebut sangat penting dan menentukan perkembangan Islam mutakhir. Peran Islam modern sangat penting selain dalam menumbuhkan nasionalisme dan kedararan politik baru menentang penjajah dengan cara modern juga dalam memajukan umat dan bangsa pasca Indonesia merdeka (Deliar Noer, 1996).Tanpa gerakan pembaruan tidak mungkin lahir generasi muslim terpelajar yang kemudian tampil sebagai kelas menengah baru dan menjadi pilar lahirnya pranata-pranata sosial Islam yang maju.
Generasi muslim yang lahir dalam kultur Islam pembaruan ini bahkan di belakang hari memproduksi elit muslim di berbagai lembaga pemerintahan, yang membentuk genre baru Islam Indonesia yang memperkuat pilar pergerakan Islam di basis kemasyarakatan dan civil society. Tanpa kehadiran Islam berkemajuan atau Islam reformis-modernis tidak mungkin lahir wajah Islam Indonesia yang kosmopolit, urban, dan sanggup hidup di tengah modernitas tahap lanjut dan globalisasi yang membuana seperti kita saksikan hari ini.
Kini sering dipublikasikan secara luas bahwa Islam Indonesia yang moderat merupakan wajah Islam masa depan.
Diproyeksikan bahwa Islam moderat sedang menerangi jalan menuju sebuah masa depan Islam yang besar", sebagai sebuah fenomena “The New Face of Islam (TIME:,23/9/1996). Tentu asumsi ini perlu didukung dan merupakan sebuah optimisme yang menggembirakan. Namun Islam di mana pun, termasuk di Indonesia tidak berhenti di satu titik. Artinya Islam Indonesia tidaklah statis, apalagi tunggal. Islam Indonesia akan terus mengalami dinamika antara ajaran dan realitas kehidupan yang melingkarinya, serta membentuk keragaman corak atau varian sesuai dengan proses pergumulannya yang kompleks. Dalam konteks ini Islamisasi bukan sekadar berarti penerimaan ajaran secara doktrinal tetapi sekaligus pengorbanan untuk akomodasi terhadap perubahan dan tuntutan zaman dalam proses akulturasi yang normal tanpa kehilangan esensi dan prinsip ajaran (Abdullah, 1974).
Islam Indonesia akan menghadapi dinamika kehidupan baru di abad ke-21 sesuai dengan hukum perubahan. Berbagai kecenderungan, masalah, dan tantangan kehidupan modern yang lebih kompleks tengah dan akan terus hadir untuk diberikan jawaban crdas oleh umat Islam. Umat Islam selain tampil sebagai golongan yang membawa pesan damai, toleran, dan propluralitas, juga harus menjadi kekuatan yang prodemokrasi, penegakkan hak asasi manusia, dan civil society. Di samping itu umat Islam Indonesia juga harus menjadi golongan yang unggul di bidang politik, ekonomi,pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berdaya saing tinggi.
Dalam konteks kehidupan kontemporer yang kompleks itu maka sungguh penting dan relevan kehadiran Islam Indonesia yang berkemajuan. Umat Islam Indonesia yang mayoritas harus tampil sebagai umat berkemajuan, bukan sebagai golongan yang besar sebatas jumlah. Apalah artinya besar secara kuantitas tetapi kalah dalam kualitas. Apakah artinya Islam moderat jika tertinggal dan tangan di bawah. Umat Islam Indonesia yang besar dan moderat harus menjadi golongan besar yang unggul dan tangan di atas. Itulah relevansi kehadiran Islam dan umat Islam berkemajuan di Indonesia. (bersambung)
Advertisement