Proses Belajar SMK Prapanca 2 Ngungsi di Kampus Stikosa AWS
Proses belajar mengajar SMK Prapanca 2 Surabaya terpaksa harus mengungsi ke Gedung Kampus Stikosa-AWS, Surabaya. Perpindahan ini dampak sengketa penguasaan gedung sekolah antara Yayasan Wartawan Jawa Timur (YPW-JT) dengan Soewandi selaku mantan Kepala SMK Prapanca 2.
Pantauan Ngopibareng.id di SMK Prapanca 2 Surabaya tampak gedung depan terpampang spanduk-spanduk berupa penolakan dan tulisan penutupan sementara gedung oleh PN Surabaya. Gedung tampak tertutup digembok tidak ada aktivitas apapun yang tampak dari dalam gedung.
Di sisi lain, siswa SMK Prapanca 2 melakukan pembelajaran menggunakan lima ruang kuliah mahasiswa yang ada di lantai satu Stikosa AWS. Mirisnya, dampak dari konflik ini membuat siswa harus berbagi ruang dalam satu kelas sehingga suara masing-masing terdengar mengganggu.
Kasus ini pertama kali mencuat saat proses pergantian kepala sekolah dari tangan Soewandhi kepada Gugus Legowo. Pergantian ini dilakukan yayasan karena Soewandii yang memasuki masa pensiun.
Nyatanya, Soewandi menolak hal tersebut karena menilai argumen yang disampaikan tidak sesuai aturan. Dari itu, pihak Soewandi membentuk yayasan Noerali Cahaya Hati untuk menguasai gedung tersebut yang saat ini sudah diamankan oleh PN Surabaya untuk proses hukum. Dampaknya, siswa yang mengikuti pembelajaran YPW-JT harus mengungsi ke Gedung Kampus Stikosa AWS.
"Kami melaksanakan pembelajaran awal di Prapanca 1 2023 lalu pindah ke sini mengingat kami tidak boleh masuk. Kami sebagai pelaksana pendidikan berpikir bagaimana pendidikan bisa berlangsung, tapi kalau permasalahan urusan yayasan dengan pak Soewandi," kata Kepala Sekolah SMK Prapanca 2 Gugus Legowo di Gedung Stikosa AWS, Selasa 22 Agustus 2023.
Gugus mengaku dengan pemindahan ini membuat proses belajar mengajar sedikit terhambat. Sebab, anak-anak tidak bisa bebas dalam melakukan pembelajaran seperti di sekolah induk dulu.
Apalagi, dalam waktu dekat masa pembelajaran mahasiswa akan segera dimulai. Sehingga, siswa harus berbagi kelas dan ruang praktek dengan para mahasiswa.
"Tidak nyaman namanya nebeng, ketika ini sekolah kejuruan semua tidak akan dapat. Kami harus batasi sehingga mereka tidak ada kebebasan, sekaligus untuk mengantisipasi konflik yang mungkin terjadi," ujarnya.
Selain itu, dampak parah lainnya dari konflik ini penerimaan siswa baru tahun 2023 ini hanya ada tiga siswa.
Dengan ini, ia berharap konflik yang terjadi antara yayasan dengan Soewandi dapat segera usai sehingga proses pembelajaran dapat kembali normal.
Sementara itu, Aulia Fatmawati siswa kelas 11 jurusan Akuntansi mengaku sedih dengan kondisi yang ada. Ia mengaku tidak senang karena proses pembelajaran terganggu.
"Tidak enak, soalnya bukan sekolah sendiri dan ga bebas, harus ikut aturan orang lain otomatis. Buat praktik kurang lebih ke materi saja. Pembelajarannya terganggu, broadcasting lebih banyak siswanya dan akutansi terganggu," aku Aulia.
Senada, Taufiq Rahman siswa kelas 11 Akuntansi mengaku proses pembelajaran tidak bisa maksimal seperti yang didapat saat pada sekolah induk.
"Pindah ke sini jadi terganggu. Biasanya ada komputer, di sini tidak ada jadi terganggu. Harapan saya bisa kembali ke sekolah yang lama," kata Taufiq.