Promosikan Produk Kerajinan Bambu Lokal, Warga Gelar Hikayat Bambu Papring
Warga Lingkungan Papring, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, menggelar Hikayat Bambu Papring, Minggu,27 Oktober 2024. Ajang ini untuk lebih mengenalkan kerajinan bambu yang diproduksi warga setempat.
Produksi kerajinan bambu mereka sebelumnya sudah cukup dikenal. Dalam Hikayat Bambu, sejumlah kegiatan mulai pameran aneka produk bambu, lomba mainan tradisional dari bambu, fashion show batik, hingga kenduri seni budaya digelar.
Nama Papring merupakan singkatan dari panggone pring yang berarti lokasi tempat bambu tumbuh. Di kampung ini banyak masyarakat yang memproduksi besek (wadah bambu). Kampung ini terletak sekitar 13 kilometer dari kota Banyuwangi. Lokasinya berada di ketinggian seribu meter dari permukaan laut.
Sebagian besar masyarakat di Papring bekerja sebagai buruh tani. Sebagian lainnya menggantungkan hidup di hutan dengan mencari kayu serta bambu, beternak dan membuat besek anyaman bambu untuk dijual. Anyaman yang dibuat adalah besek (wadah), gedheg (dinding bambu) dan lanjaran (bambu untuk menjalarnya tanaman).
Kerajinan anyaman bambu dari Papring mulai menggeliat seiring dengan keberadaan sekolah Kampung Batara di wilayah tersebut. Widie Nurmahmudy, penggagas Kampoeng Batara, mengatakan, sekolah ini lahir dari keprihatinan kondisi di Papring. Di kawasan tersebut kesadaran masyarakat akan pendidikan masih kurang. Sehingga muncul masalah anak putus sekolah, perkawinan usia anak.
Kampoeng Batara didirikan tahun 2015. Dengan tekad besar, Widie dan temannya mulai mensosialisasikan dan mengajak warga akan pentingnya pendidikan. Mereka memulainya dari langgar kecil dengan mengajak anak-anak sekitar untuk kembali belajar.
Sesekali mereka belajar dan bermain di halaman dan ruang terbuka di sekitar rumah. Pembelajaran di sini pun memakai konsep bermain sembari memberikan pengetahuan soal alam, konservasi dan budaya lokal.
"Prinsip kami adalah segala proses penggalian potensi yang ada di desa selalu berdasarkan konsep edukasi, ekologi, dan ekomomi. Apa yang kami usahakan selama 9 tahun terakhir ujungnya adalah kesejahteraan masyarakat," terang Widie.
Mereka juga perlahan mengedukasi warga untuk meningkatkan nilai tambah potensi sekitar. Warga mulai diajak mengolah bambu. Anyaman bambu mereka berkembang menjadi besek dengan ukuran dan model yang beragam, tas, kap lampu, pincukan dan lain-lainnya. Selain anyaman juga ada kerajinan batik yang bermotif bambu, dan pemanfaatan potensi lokal yang lain.
"Saya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan warga Kampung Batara. Terimakasih karena sudah menjadi pionir kekayaan pariwisata budaya di sekitar sini," kata Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah saat menghadiri Hikayat Bambu Papring.
Sugirah menyebut, event tersebut bukan hanya sebagai peringatan ulang tahun saja. Lebih dari itu Hikayat Bambu adalah perayaan warga yang berhasil menggali potensi dan kearifan lokal yang ada di daerahnya dengan kreatif.
Dalam kesempatan itu,diberikan penghargaan kepada para mitra yang selama ini ikut membangun Kampung Batara. Bukan hanya itu, juga ada apresiasi yang diberikan kepada warga yang berhasil membuat cipta karya sendiri, mulai dari cipta kostum bambu, cipta karya seni, cipta karya motif batik, dan cipta karya digital.
Acara tersebut juga dihadiri Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sjamsul Hadi. Dikatakannya, pihaknya siap mendukung gerakan masyarakat berbasis desa seperti Kampung Batara Papring.
"Yang kami harapkan, ke depan potensi Kampung Batara bukan hanya tersalurkan dari desa ke kota, tapi juga bisa antar kota hingga nasional," ujarnya.